Bulir.id – Perkumpulan Keluarga Besar Umauta (KBU) se Jabodetabek melakukan perjalanan wisata ke salah satu pesisir pantai Anyer, Cilegon, Banten pada Minggu, 2 Juli 2023, lalu.
Selain berwisata, kelompok Keluarga Besar Umauta yang didirikan kurang lebih 12 tahun silam dengan dalil arisan keluarga ini pun melakukan kegiatan arisan keluarga di pantai Anyer tersebut.
Melipir jauh dari hingar-bingar Ibu Kota, Keluarga Besar Umauta se Jabodetabek memilih Pantai PAL Anyer 2 sebagai titik kumpul yang berjarak kuran lebih 120 km dari Ibu Kota Jakarta.
Perjalanan yang direncanakan dimulai pada pukul 06.00 pagi mundur hingga pukul 07.00, ya biasa tetap melestarikan budaya ‘jam karet’ Indonesia.
Meski terlambat sejam dari yang direncanakan, akhirnya rombongan KBU yang terdiri dari 7 mobil memulai konvoi menuju Anyer dengan titik start awal dari gerbang pintu tol Jati Warna, Kampung Sawah, Bekasi.
Perjalanan cukup lancar hingga pintu keluar tol Cilegon Timur. Rombongan KBU baru menemui macet setelah memasuki kawasan industri Cilegon hingga ke Pantai Anyer.
Meski begitu, canda tawa di masing-masing kendaraan membuyarkan jenuhnya 4 jam perjalanan tersebut. Canda tawa itu juga dibagi di grup Whatsapp KBU agar setiap anggota bisa merasakan keceriaan perjalanan.
Tepat jam 11.00, ketujuh kendaraan roda empat tumpangan KBU memasuki area parkir Pantai Anyer PAL 2.
Wangi khas laut mulai tercium, gemuruh kecil ombak mulai terdengar, dan semua mata langsung terarah pada rapihnya barisan pohon kelapa dipesisir pantai serta indahnya pasir putih yang membentang dari ujung hingga ujung.
Letih perjalanan seketika buyar disiram indahnya pemandangan pantai Anyer. Namun, acara yang dijadwalkan dimulai jam 09.00 terpaksa diundur hingga setelah santap siang.
Masing-masing kelompok mulai memilih saung yang bisa ditempati, yang lain mulai membentang tikar dibawah bayang-bayang pohon kelapa, sedangkan anak-anak tanpa disuruh sudah menceburkan diri ke birunya laut Anyer.

Sambil menunggu makan siang, beberapa anggota KBU mulai menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan dipakai untuk games. Berbagai macam permainan disiapkan untuk menciptakan kenangan-kenangan kecil dan mempererat tali kebersamaan antar anggota KBU.
Setelah istirahat sejenak, makan siang pun mulai dipersiapkan. Ada nasi kotak yang dipesan langsung dari salah satu anggota KBU, ada pula sayur-mayur dan lauk-pauk lain yang dibawah oleh beberapa anggota. Semua menjadi satu diatas sebuah tikar.
Doa makan dimulai, dipimpin oleh Kak Dewi. Makan siang pun dimulai.
Canda tawa serta berbagi cerita mengalir begitu saja saat acara makan siang. Di satu tikar paling pojok ada sekelompok bapak-bapak bersama beberapa anak muda melingkar bertukar gelas ‘air kata-kata’.
Biasalah, orang timur, katanya untuk hangatkan badan. Padahal matahari di pesisir pantai Anyer teriknya bukan main, hehehe.
Setelah perut terisi dan istirahat sejenak, game pun dimulai. Barto dan Rio sebagai panitia game mulai beraksi, dibantu oleh beberapa aggota KBU. Hamparan pasir putih dipilih menjadi venue game dimainkan. Berbagai hadiah sudah menanti untuk diperebutkan.
Anak-anak terlihat sangat menikmati game-game tersebut. Ada tiga permainan yang dimainkan oleh anak-anak. Ada memindahkan bendera, mengisi air dalam wadah yang berlubang dan mengambil karet gelang dengan menggunakan tusuk sate yang digigit.

Selesai game untuk anak-anak, kini giliran orang dewasa yang siap berebut hadiah. Ada empat game yang dimainkan. Memindahkan tepung terigu, memindahkan air dengan gelas yang dilubangi, saling memecahkan balon, dan berlari menggunakan balon.

Entah apa filosofi dari game-game tersebut, yang terpenting adalah rasa bahagia dan kebersamaan yang tercipta dari permainan-permainan tersebut.
Gelak tawa penuh kebahagian pecah disetiap permainan. Baik anak-anak, orang dewasa, bapak-ibu-ibu sampai kakek-nenek semua menikmati acara kebersamaan tersebut. Om Makabeus alias Jeki Joni menjadi jawara dengan perolehan medali paling banyak, hahaha.

Setelah selesai game, beberapa anggota KBU mulai menikmati waktu untuk berenang di laut atau hanya sekedar berjalan-berjalan di pesisir menikmati indahnya pantai Anyer.
Sebagian berswafoto mencoba mengabadikan setiap momen, sedangkan yang lain memilih makan sore sambil ngopi dan chitchat bersama.
Ketua KBU, Fabianus, menyampaikan bahwa kebersamaan semacam ini patut dibuat sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
“Kita harus bisa jalan-jalan bersama ya paling kurang setaun sekali lah, untuk hibur-hibur diri juga untuk mempererat kekeluargaan,” ungkapnya disela-sela game.
Selesai semua acara para anggota mulai bergegas untuk mandi dan membersihkan diri, kemudian berkemas. Tepat jam 18.00 rombongan Keluarga Besar Umauta meninggalkan pantai Anyer.
Mengenal Kelompok Keluarga Besar Umauta – Jabodetabek
Keluarga Besar Umauta – Jabodetabek adalah sebuah kelompok arisan keluarga yang didirikan belasasan tahun silam bagi masyarakat yang berasal dari Desa Umauta yang berdiam di sekitaran Jabodetabek sampai Karawang.
Kelompok ini digagas oleh beberapa orang yang prihatin dengan tidak ada atau kurangnya kebersamaan warga Desa Umauta yang bermukim di Jabodetabek.
Desa Umauta sendiri adalah sebuah desa kecil yang berada di wilayah Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Umauta juga terkenal dengan warganya yang suka merantau mencari suaka ke daerah lain di Indonesia.

Sejak dahulu kala, pemuda-pemudi dari Umauta sudah merantau ke berbagai tempat, salah satunya ke Ibu Kota Jakarta. Mereka juga ada yang sudah menikah dengan orang luar Umauta yang kadang membuat keturunannya kurang dekat dengan orang-orang Umauta lainnya.
Terpantik dari hal tersebut, bapak Amatus Atang bersama Ibu Antanela, dan alm. Marselus Retong berinisiatif mengumpulkan dan mendata orang-orang Umauta baik asli maupun ‘indo Umauta’ alias campuran untuk membentuk sebuah kelompok arisan.
Tujuannya adalah agar semua masyarakat yang berasal dari Umauta yang berdiam di wilayah jabodetabek bisa bertemu dan berkumpul setiap bulan, untuk saling mengenal, saling membatu dalam kesusahan dan berbagai dalam kebahagiaan.
Berkat inisiatif tersebut terjalinlah ikatan persaudaraan antar warga Umauta di seluruh Jabodetabek.
Meskipun dalam perjalanan waktu ada yang keluar dan ada pula yang masuk ke kelompok KBU, setidaknya ikatan kekeluargaan itu masih terikat hingga sekarang. Sehingga jika ada satu dan lain hal semua bisa saling terhubung dalam KBU.*
