Oleh: Jefri Bere*
Pada langit remang ini
Hingar-bingarnya bintang menyapa gunda hatiku
Lalu Kuteringat akan sosok dia yang pernah hadir di masa lalu
Melati, dia nama yang pernah menjadi tubuh puisiku
Melati, masihkah kau kenang malam berbintang itu
Saat kita duduk bersanding sebagai sepasang kekasih
Sangat erat, sangat dekat, sampai hati kita melebur dalam gelora cinta
Kau wanita cantik nan manja yang pernah kukenal
Semua tentangmu abadi selamanya
Ekspresi wajahmu, manja lagi esok masih kuingat
Kata pamit pisahku, mengelitik di kupingmu
Kataku, aku pergi tapi tuk kembali
Sebab hanya mengais ilmu di tanah seberang
Tapi, sebetulnya aku tak mampu melepasku pergi bersama sunyi
Dan hidup bersama rindu yang menimbun
Kau pun demikian
Nyatanya aku dan barangkalu kau pun disiksa rindu masing-masing
Melati, jujur aku masih dan sangat merindukan dirimu
Dan inggin memaksa waktu kembali lagi pada detik itu
Sebab kau dan aku telah menjadi sepasang burung merpati
Yang pergi dan pulang selalu bersama
Tapi kini aku tak tau mengapa
Hal itu mungkin tak akan pernah terjadi lagi
Kita bisa menjadi seekor elang
Bertengger di ujung pohon namun sendirian
Sebab aku di sini pada tembok sunyi ini sapaan-Nya terasa amat lebih
Suara dan gemuruh panggil-Nya menembusi bilik hatiku
Namun jika takdir mengikat kita
Maka biarkan waktu menghantarnya
Karena di sini masih ada rindu untukmu
Juga sayang yang utuh padamu
Namun selebihnya aku sudah direbut oleh magnet cinta-Nya
Cinta-Nya lebih dalam dari lautan dan lebih tinggi melebihi langit
Dan kuputuskan tuk menyusuri jejaknya
Injinkan aku mengatakan selamat tinggal cintaku
Jefri Bere merupakan pria kelahiran Atambua yang sedang menimba oase kebijaksanaan di STFK Ledalero. Kini tinggal di rumah pembinaan Biara Rogationist-Ribang, Maumere, NTT.