Mendukung ”Kolintang Goes to UNESCO” Melalui Kolaborasi Konlintang dan Balafon di Senegal

0

Dakar, BULIR.ID – ”Jauh di Mata, Dekat di Hati”, demikian penekanan sambutan Duta Besar RI, Dindin Wahyudin pada acara Resepsi Diplomatik dalam rangka memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia yang dilaksanakan di Wisma Duta Dakar.

Dihadapan Menteri Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah Senegal, Bapak Aliou Sow, Duta Besar Dindin Wahyudin lebih lanjut menyatakan bahwa Indonesia dan Senegal memiliki jenis alat kesenian tradisional yang serupa, yaitu Kolintang yang merupakan alat musik dari Indonesia dengan Balafon, alat musik tradisional yang dimainkan di negara-negara Afrika Barat, termasuk Senegal. Khusus mengenai Kolintang, Pemerintah Indonesia saat ini sedang menominasikan alat musik tradisional tersebut ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (WBT) UNESCO. Nominasi ini dilakukan melalui skema ekstensi dengan alat musik tradisional Balafon yang telah terlebih dahulu tercatat sebagai WBT UNESCO. Untuk itu, pelaksanaan kolaborasi antara Kolintang dengan Balafon, yang untuk pertama kalinya dilaksanakan ini adalah juga untuk mendukung “Kolintang Goes to UNESCO”.

Dubes Dindin Wahyudin juga menyampaikan bahwa walaupun hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Senegal telah terjalin selama 43 tahun, namun kedua negara memiliki hubungan sejarah yang panjang. Indonesia adalah penggagas dan tuan rumah Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, yang pada saat itu menggelorakan kemerdekaan dan kerja sama Selatan-Selatan melalui “Spirit Bandung“. Gelora “Spirit Bandung“ pada waktu itu, mendorong negara-negara di Asia dan Afrika untuk membebaskan diri dari kolonialisme, termasuk salah satunya Senegal yang merdeka pada 1960.

“Spirit Bandung“ ini masih dirasakan sangat relevan pada saat ini. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa kunjungannya ke Afrika baru-baru ini didasari keinginan untuk terus menghidupkan “Spirit Bandung“, dimana solidaritas, soliditas dan kerja sama antara negara berkembang perlu terus diperkuat.

Kedekatan antara Indonesia dan Senegal juga tercermin dari hubungan baik di antara kedua pemimpin negara, dan para menteri luar negeri. Pertemuan terakhir antara Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dengan Presiden Republik Senegal Macky Sall adalah pada saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 di Bali, November 2022. Sementara kunjungan Presiden Republik Indoneia ke Senegal, terakhir kali dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008, saat Senegal menjadi tuan rumah KTT OKI.

Sementara itu, pertemuan terakhir antara Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Senegal, Aïssata Tall Sall dilakukan pada KTM G20 di Bali, Juli 2022. Sedangkan kunjungan Menteri Luar Negeri Indoneia, terakhir kali ke Senegal adalah pada 2019.

Melalui “Spirit Bandung”, juga tercermin pada hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Senegal yang terus berkembang dengan baik. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, volume perdagangan Indonesia dan Senegal mencatatkan peningkatan yang signifikan. Nilai pedagangan pada 2022 meningkat 280% dibanding perdagangan pada 2021, dengan nilai perdagangan sebesar USD 620 juta pada tahun 2022.

Beberapa kerja sama ekonomi konkrit, yaitu pembelian 3 pesawat CN-235 oleh Angkatan Udara Senegal dari PT Dirgantara Indonesia, ekspor motor listrik Gesits dari perusahaan milik negara Indonesia PT WIMA ke perusahaan Laila Ndiaye Prima, ekspor mesin pemanen pertanian dari perusahaan Indonesia Karya Hidup Sentosa ke perusahaan Senegal Manobi Africa. Indonesia juga berperan dalam proyek BP LNG Grand Tortue Ahmeyim (GTA) di lepas pantai Saint Louis, perbatasan antara Senegal dengan Mauritania. Sekitar 200 pekerja Indonesia dari perusahaan Saipem di Kepulauan Riau Indonesai telah berhasil membangun platform kilang minyak lepas pantai untuk proyek dimaksud.

Hubungan ekonomi tidak saja dilandaskan pada faktor perdagangan semata, namun juga diiringi oleh pemberian bantuan “Capacity Building” melalui Indonesian Aid. Pada akhir 2022, Indonesian Aid telah memberikan bantuan peralatan laboratorium senilai USD 250.000 kepada ENSA (École Nationale Supérieure d’Agriculture) melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Inovasi Senegal. Berbagai bentuk pelatihan di bidang pertanian juga telah diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada para petani Senegal semenjak 2021.

Kedekatan di antara kedua negara juga tercermin di bidang sosial budaya dan people-to people contact. Pemerintah Indonesia setiap tahunnya menawarkan beasiswa melalui program Beasiswa Seni Budaya Indonesia dan Darmasiswa (non-sarjana) dan beasiswa Kerjasama Negara Berkembang (S1, S2 dan S3).

Sejauh ini terdapat sekitar 9 orang alumni dari Senegal. Kesamaan lainnya di bidang seni adalah antara Batik di Indonesia dengan Thioub di Senegal. Tidak jauh berbeda dengan batik Indonesia, proses pembuatan Thioub hampir mirip, yaitu dengan penggunaan lapisan warna serta pembuatan ragam motif. Proses pembuatan batik sendiri sudah WBT UNESCO sejak 2009.

Tidak hanya di bidang pendidikan dan kebudayaan, di bidang olahraga Indonesia dan Senegal juga memiliki hubungan yang baik, terutama dengan masuknya 2 orang Senegal menjadi WNI dan bergabung dalam tim nasional bola basket Indonesia yang pada tahun 2021 meraih medali emas pada ajang SEA Games 2021 di Vetnam. Sementara itu, pada 10 November 2023 sampai dengan 2 Desember 2023, tim sepak bola U-17 Senegal juga akan bertanding pada Piala Dunia U-17 di Indonesia, bersama dengan 24 tim sepak bola dari kawasan lainnya.

Selain Menteri Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah Senegal, Aliou Sow juga hadir sekitar 150 orang tamu undangan, yang terdiri dari para Duta Besar negara sahabat, pejabat kementerian terkait Senegal, pelaku usaha, tokoh agama, media dan Friends of Indonesia.