
Jakarta, BULIR.ID – Dewan Redaksi Media Bulir.id, Drs. Asri Hadi mendoakan kesembuhan mengatakan dirinya selalu mendoakan mantan Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno.
Diketahui, Try Sutrisno sedang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, karena sakit. Saat ini kondisi Try Sutrisno dikabarkan mulai membaik dan dapat segera pulang ke rumah.
“Ya saya mendoakan kesembuhan beliau. Semoga cepat pulih. Beliau adalah tokoh bangsa sangat peduli dengan kehidupan bangsa yang besar ini,” kata Dosen Senior Institut Pemerintahaan Dalam Negeri IPDN ini kepada Bulir.id di Jakarta, Jumat (23/12/22).
“Secara pribadi saya merindukan berbincang-bincang dengan beliau tentang permasalahan yang dihadapi bangsa ini,” tambahnya.
Melansir dari websit resmi Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI), Try Sutrisno menjabat sebagai wakil presiden ke-6 pada zaman Soeharto.
Ia menjadi salah satu Wakil Presiden Indonesia yang berasal dari golongan Militer.
Menjabat sejak 11 Maret 1993 – 10 Maret 1998. Saat itu, Try Sutrisno menduduki kursi Sudharmono yang turun dari tahta wakil presiden.
Jauh sebelum itu, pria kelahiran Surabaya 15 November 1939 ini terlahir dari keluarga yang sederhana.
Ayahnya bernama Subandi yang bekerja sebagai sopir ambulans. Sementara sang ibu, Mardiya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Try Sutrisno harus pindah dari Surabaya ke Mojokerto karena Belanda kembali datang sebagai koloni Indonesia.
Menjabat sejak 11 Maret 1993 – 10 Maret 1998. Saat itu, Try Sutrisno menduduki kursi Sudharmono yang turun dari tahta wakil presiden.
Jauh sebelum itu, pria kelahiran Surabaya 15 November 1939 ini terlahir dari keluarga yang sederhana.
Ayahnya bernama Subandi yang bekerja sebagai sopir ambulans. Sementara sang ibu, Mardiya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Try Sutrisno harus pindah dari Surabaya ke Mojokerto karena Belanda kembali datang sebagai koloni Indonesia.
Kehidupan Try Sutrisno banyak dihabiskan bersama sang ayah ketika bekerja sebagai petugas medis Batalyon Angkatan Darat Poncowati.
Ketika melihat ayahnya bekerja tampak keinginan Try Sutrisno bergabung dengan tim keamanan negara.
Bahkan diusia 13 tahun, Tri Sutrisno bertekad untuk bisa menjadi bagian Batalyon Poncowati.
Namun saat itu, ia hanya diperkerjakan sebagai kurir yang mengantarkan obat-obatan sekali penggali informasi tentang Belanda.
Hal tersebut tak bertahan lama ketika Belanda mudur dan mengakui kedaulatan Indonesia.
Tahun 1949, Try Sutrisno kembali ke Surabaya dan menyelesaikan pendidikannya di tahun 1956.
Ia lulus SMA dan mencoba mendaftar menjadi anggota ATEKAD (Akademik Teknik Angkatan Darat).
Usaha keras dilakukan Try Sutrisno mulai dari ujian masuk hingga berbagai tes.
Namun perjuangannya kandas ketika tes pemeriksaan fisik. Saat itu, Try Sutrisno sudah berpikir bahwa cita-cintanya bakal sirna.
Di balik itu, ternyata ada seorang jenderal bernama GPH Djatikusumo yang tertarik dengan sosok Try Sutrisno.
Namun perjuangannya kandas ketika tes pemeriksaan fisik. Saat itu, Try Sutrisno sudah berpikir bahwa cita-cintanya bakal sirna.
Di balik itu, ternyata ada seorang jenderal bernama GPH Djatikusumo yang tertarik dengan sosok Try Sutrisno.
Lantas Try Sutrisno mendapatkan panggilan dan kembali mengikutip tes pemeriksaan psikologis di Bandung.
Akhirnya ia berhasil membuat kedua orangtuanya bangga lantaran diterima menjadi anggota ATEKAD.
Saat itu Try Sutrisno diterima pada usia 21 tahun. Ia lantas melakuan pendidikan dan turut berperang.
Awal karir yang dijalani Try Sutrisno sudah ikut bertempur melawan Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Repbulik Indonesia (PRRI).
Berselang lima tahun atau tepatnya 1962, Try Sutrisno dilibatkan dalam operasi Pembebasan Irian Barat.
Momen tersebut menjadi awal mula pertemuan Try Sutrisno dengan Soeharto.
Kala itu Soeharto sudah berpangkat Mayor Jenderal dan ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala di Sulawesi.
Pada tahun 1974, Try Sutrisno terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto dan mulai meniti karirnya.
Bahkan pada masa tersebut, Try Sutrisno sedang mengalami karir yang meroket.
Momen tersebut menjadi awal mula pertemuan Try Sutrisno dengan Soeharto.
Kala itu Soeharto sudah berpangkat Mayor Jenderal dan ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala di Sulawesi.
Pada tahun 1974, Try Sutrisno terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto dan mulai meniti karirnya.
Bahkan pada masa tersebut, Try Sutrisno sedang mengalami karir yang meroket.
Empat tahun berikutnya Try Sutrisno diangkat ke posisi Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI / Udayana.
Setahun kemudian, ia akan menjadi Panglima Daerah KODAM IV / Sriwijaya.
Dan empat tahun kemudian, ia diangkat ke Panglima Daerah KODAM V / Jaya dan ditempatkan di Jakarta.
Kemudian pada Agustus 1985 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Letjen TNI sekaligus diangkat menjabat Wakasad mendampingi Kasad Jenderal TNI Rudhini.
Tak lama menjabat sebagai Wakasad, pada bulan Juni tahun 1986 atau sepuluh bulan sejak diangkat menjadi Wakasad.
Ia pun kemudian diangkat menjadi Kasad menggantikan Jenderal TNI Rudhini.
Sekitar satu setengah tahun menjadi Kasad, Try Sutrisno mendapatka promosi menjadi Pangab menggantikan Jenderal TNI LB. Moerdani.
Jenderal TNI Try Sutrisno akhirnya memimpin ABRI, sejak tahun 1988 hingga tahun 1993.
Ketika itu ABRI masih terdiri dari institusi TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan POLRI.
Selam Try Sutrisno memimpin, banyak peristiwa separatis yang terjadi. diantaranya peristiwa Santa qruz, GPK (Gerakan Pengacau Keamanan)di Aceh dan juga peristiwa Tanjung Priok.
Pada bulan Februari 1993, Try berhenti dari posisinya sebagai Pangab.
Satu bulan sebelumnya, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dijadwalkan bertemu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden baru.
Anggota MPR dari fraksi ABRI mencalonkan Try Sutrisno untuk menjadi Wakil Presiden.
Akhirnya pada Maret 1993, Try Sutrisno terpilih menjadi wakil presiden mendampingi Soeharto.
Masa jabatannya sebagai wakil presiden berakhir pada Maret 1998 dan digantikan dengan Bacharuddin Jusuf Habibie.
Di balik kesuksesan Try Sutrisno meniti karir di militer dan menjabat sebagai wakil presiden, ada sosok perempuan yang selalu menemaninya.
Ia adalah Tuti Sutiawati yang ia pinang pada 5 Februari 1961. Perempuan kelahiran Bandung yang berprofesi sebagai guru menjadi pelipur lara Try Sutrisno.
Mereka dikaruniai 7 orang anak yaitu Nora Tristyana, Taufik Dwi Cahyono, Firman Santyabudi, Nori Chandrawati, Isfan Fajar Satrio, Kunto Arief Wibowo, dan Natalia Indrasari.
Salah satu menantunya adalah Ryamizard Ryacudu yang menikah dengan Nora Tristyana.
Profil Try Sutrisno
Nama Lengkap : Try Sutrisno
Tanggal Lahir : 15 November 1935 (umur 81)
Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Partai politik : Golkar, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
Suami/istri : Tuti Sutiawati
Agama : Islam
Perjalanan Karir try Sutrisno
Menjabat Jadi Wakil Presiden Indonesia ke-6
Masa jabatan : 11 Maret 1993 – 10 Maret 1998
Presiden : Soeharto
Didahului oleh : Sudharmono
Digantikan oleh : Bacharuddin Jusuf Habibie
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-7
Masa jabatan : 27 Februari 1988 – 19 Februari 1993
Presiden : Soeharto
Didahului oleh : L.B. : Moerdani
Digantikan oleh : Edi Sudrajat
Dinas militer
Pengabdian : Indonesia
Dinas/cabang : TNI Angkatan Darat
Masa dinas : 1959-1993
Pangkat : Jenderal TNI
Unit : Zeni.*
