Yuk Intip Sejarah Perkembangan Filsafat Yunani Klasik

0

CERUH, Bulir.id – Kelahiran pemikiran filsafat dimulai pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh perubahan cara pandang dari mitos ke logos. Filsafat Yunani yang telah berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Orang mulai mencari jawaban rasional tentang asal usul dan kejadian alam semesta.

Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, yang mencoba memecahkan misteri terjadinya alam semesta. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan mitos belaka. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.

1. Thales (625-545 SM)

Thales adalah salah satu dari tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Filoshopy. Karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia.

Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi dan politik. Sebagai ahli astronomi ia berhasil memprediksi gerhana matahari pada tahun 585 SM.

Thales berpendapat bahwa air merupakan prinsip dadar segala sesuatu. Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi daria alam semesta.

Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of Deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).

Dalam sejarah Matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya, bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya.

Walaupun pandangan Thales benyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sanagt sederhana dengan menggunakan rasio(akal pikiran).

2. Anaximandros (640-546 SM)

Anaximandros adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi.

Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron. Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain.

Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang.

3. Pythagoras (± 572-497 SM)

Pythagoras dilahirkan di pulau Samos, Ionia. Ia tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang perlu diketahui Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian.

Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun, kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal.

Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar pokok dari sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya).

Ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas).

Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat. Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan pendapat bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang tak dapat mati, yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada.

Manusia menurut Pythagoras mempunyai jiwa dan jiwa terkurung dalam badan. Maka dari itu manusia harus membershkan diri untuk melepaskan dirinya dari kurungan dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan.

Pythagoras pertama kali mengataka bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Sehingga ia juga dikenal sebagai ahli ilmu pasti dan juga ahli musik. Dia berpendapat bahwa keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti : Terbatas – tak terbatas, Ganjil – genap, Satu – banyak, Laki-laki – perempuan, Diam – gerak.

Menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (Love of Wisdom).

4. Xenophanes (570 –  480 SM)

Xenophanes lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagi penyair dari pada ahli pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis yang mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat tu.

Namanya menjdai terkenal arena untuk pertama kalinya ia melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasional) dengan mitos. Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memilki kecendrungan berfikir dan lain-lainnya.

Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekankan atas keeasaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.

5. Heraclitos (535 – 475 SM)

Heraclitos lahir di Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap karena untuk menulusuri gerak pemikirannya sangat sulit.

Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya , ia mempunyai kesan hati yang tinggi dan sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang orang yang terkemuka di Yunani.

Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal “Panta rhei kai uden menci” yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alsannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.

Menurut Heraclitos alam semesta ini sealu dalm keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kehidupan kosmos itu dinamis.

Kosmos itu tidak pernah berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan perlawanan. Itulah sebabnya ia sampai pada kesimpulan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh para filosof yang pertama itu, melainkan prosesnya (Warner, 1961:28).

Penyataan semua mengalir berarti semua berubah bukanlah pernayatan yang sederhana. Implikasi pernyataan tersebut amat hebat. Dan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran seallau berubah, tidak tetap.

Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 namun besok dapat juga bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar flsafat sofisme.

Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat sesuai dengan logos.

6. Parmenides (540-475 SM)

Parmenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan, Arena. ia di lahirkan di Elea, maka penganutnya disebut kaum Elea.

Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Ia lah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).

Parmanides adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting. Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern.

Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata Plato amat menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain pendahulunya.

Ia berpendapat bahwa hanya pengetahuan yang tetap dan umum yang mengenai pengetahuan budi yang dapat dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan realitas. Sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap.

Realitas bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.

Inti utama dari ajaran adalah keyakinan bahwa “hanya ‘yang ada’ itu ada”. Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud “yang ada”, namun menyebutkan sifat-sifatnya.

Menurut Parmenides, “yang ada” itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak berpidandah tempat, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, “yang ada” itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.

Menurut Parmenides, “yang ada” adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.

Pertama, orang dapat mengatakan bahwa “yang ada” itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa “yang ada” dan “yang tidak ada” itu bersama-sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil.

Pengandaian pertama mustahil, sebab “yang tidak ada” tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. “Yang tidak ada” tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan.

Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa “yang tidak ada” itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah “Yang tidak ada” itu tidak ada, sehingga hanya “yang ada” yang dapat dikatakan ada.

Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini.

Misalnya saja, seseorang menyatakan “Tuhan itu tidak ada!”. Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia “yang ada”. Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan “Tuhan itu tidak ada”, maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan “Tuhan itu tidak ada”. Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu “ada” walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri.

Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu “ada” sehingga “yang tidak ada” itu tidaklah mungkin. Oleh karena “yang ada” itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara “yang ada” dengan pemikiran atau akal budi.

7. Zeno (± 490-430 SM)

Zeno lahir di Elea, merupakan murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan gigih mepertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik sehingga kemudian hari ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika.

Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan.

Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah. Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan gerak :

a. Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak bergerak, karena pada setiap saat panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain dan seterusnya.

Memang dikatakan anak panah tersebut meleset hingga sampai pada yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan pemberhentian-pemberhentian anak panah.

b. Achilles si jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunani tidak dapat menang melawan kura-kura, karena kura-kura berangkat sebelum Achilles, sehingga Achiles lebih dahulu harus melewati atau mencapai titik dimana dimana kura-kura berada pada saat ia berangkat.

Setelah Archles berada pada suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu berkurang akan tetapi idak pernah habis.

Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.

8. Empedocles (490-435 SM)

Empedocles lahir di Akragos, Pulau Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Pitagorean dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi , seperti Parmenides.

Dalam bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa sebenarnya tak ada menjadi dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak lain adalah daripada campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) : Air. Udara, Api, dan Tnah. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu.

Prosese penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya keempat unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan , adapun bencilah yang mencerai beraikan keseimbangan yang semula itu.

Cinta lalu mengambil tindakan dan mengembalikan yang semula tetapi dicerai beraikan lagi oleh benci. Penegtahuan tidak lain daripada proses pengabungan karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air. Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu menyertai.

Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn manusia pun terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat unsur. Hal ini karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama.

9. Anaxagoras (±500-428 SM )

Anaxagoras dilahirkan di kota Klazomenai, Ionia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena , dimana dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat utana perkembangan filsafat Yunani samapi abad ke 2 SM.

Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.

Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak atom (atom yang padat) yang disebut realitas seluruhnya adalah sebagai suatu campuran yang mengandung semua benih-benih di dalam tiap benda mengandung benih.

Indera kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnya. Hanya bisa melihat benih yang dominan. Misalnya, kita melihat emas ( yang telihat emas, karena warna kuning yang dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti perak, besi, tembaga terdapat didalamnya.

Pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.

10. Democritos (460-370 SM)

Democritos lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.

Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas.

Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong).

Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.

Selanjutnya filsuf yang mengembangkan filasfat dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat adalah Sokrates. Ia dianggap sebagai Filsuf pertama, dan disebut sebagai Bapak Filosofi.

Selanjutnya pemikirannya diteruskan oleh muridnya Plato dengan mengembangkan cara berfilsafat berupa dialog-dialog seperti gurunya. Plato berpendapat bahwa berfilsafat artinya mencari kebijaksanaan atau kebenaran, dan oleh karena itu dapat dimengerti bahwa mencari kebenaran itu dilakukan secara bersama-sama dalam suatu dialog.

Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa Aristoteles (384 SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua penyebabnya.*