Ironi Pendidikan di Kabupaten Sikka

Kondisi SDN Wegok, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur sangat memprihatinkan

0

Oleh: Djanuard Lj

UTAMA, Bulir.id – Program Pemerintah Pusat “SDM Unggul Indonesia Maju” masih jauh dari harapan. Kucuran dana melimpah dari pusat lantas tidak mampu membangun pendidikan di daerah-daerah terluar dan terpencil, termasuk di Kabupaten Sikka.

Banyak faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan kita rendah. Ada persoalan klasik yang sering ditemui diantaranya kulitas pengajar, antusiasme siswa dalam menerima materi.

Namun jika pengajar telah memiliki kualitas mengajar yang baik, sekaligus peserta didik pun juga terlibat aktif dan kreatif. Lantas mengapa kualitas pendidikan kita masih rendah?

Yang menjadi kendala pendidikan di Sikka adalah fasilitas penunjang. Fasilitas sekolah sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Fasilitas sekolah berperan penting sebagai sarana yang membantu kerlancaran Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Minimnya fasilitas, akan berdampak pada aktivitas KBM tidak maksimal.

Di Kabupaten Sikka masih banyak sarana dan prasarana sekolah masih jauh dari kata layak. Potret buram sarana pendidikan tersebut dapat dilihat di SDN Wegok, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, NTT.

Kondisi gedung sekolah SDN Wegok sangat memprihatinkan. Riskan rubuh dan berdampak terhadap keselamatan siswa dan guru. Padahal jaraknya tak jauh dan bisa dijangkau dari gedung Kula Babong. Namun sayang kondisi itu luput dari perhatian pemerintah dan wakil rakyat.

Sejatinya ruang belajar tidak hanya memberikan kenyamanan untuk belajar tetapi lebih dari itu, tata ruang menjadi spirit bagi anak didik untuk menimbah kebijaksanaan. Sekolah semestinya menjadi rumah kedua bagi para siswa sehingga merasa nyaman dan mudah menerima materi.

Pendidikan kita akan terus merosot jika pemerintah mengabaikan fasilitas sekolah. Perlu adanya perhatian intensif dari pemerintah. Pemerintah perlu memahami sejauh mana perkembangan pendidikan kita. Sebab persoalan pendidikan adalah persoalan dasar, sebagaimana diamanatkan UUD 1945.

Pemerintah daerah pada tahun 2022 mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp14 miliar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk merehab 31 SD dan SMP. Pertanyaannya mengapa SDN Wegok tak mendapat perhatian dari pemerintah, padahal komdisinya sangat memprihatinkan.

Berdasarkan data (website resmi/sikkakab.go.id) dianggarkan dana Beasiswa Berprestasi sebesar Rp.7.785.000.000. Beasiswa tersebut diberikan kepada 2.248 Mahasiswa yang tersebar diberbagai Perguruan Tinggi di Indonesia.

Dengan rincian penyerapan dana pada semester genap sebesar Rp. 5.195.747.000 untuk tahap satu sedangkan sisa sebesar Rp.2.589.253.000 akan direalisasikan pada Semester Ganjil untuk Tahap kedua.

Tak ada yang salah dengan kebijakan tersebut. Namun pemerintah sejatinya memprioritaskan untuk memperkuat di level terbawah (tingkat SD) sebagai pondasi dari pendidikan. Sekolah dasar merupakan pondasi pendidikan anak Nian Tanah. Jika pondasi kokoh, bangunan pendidikan kita pun akan kokoh, mampu bersaing dengan propinsi lainnya.

Permerintah perlu membuka mata, membenahi fasilitas yang tidak memadai di Sikka. Jika ingin mencapai visi Pemerintah Kabupaten Sikka yang dapat memenuhi hak-hak dasar masyarakat menuju Sikka Bahagia 2023, maka kini saatnya pemerintah untuk berbenah.

Menyelesaikan problem pendidikan dengan membenahi sarana dan prasarana penunjang. Dana alokasi pendidikan mestinya digunakan tepat sasaran sehingga pendidikan sebagai hak dasar dapat terpenuhi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Sikka tak jeli melihat problem pendidikan kita. Perlu memimkirkan bangunan pendidikan secara holistik. Aspek mana yang harus didahulukan atau diutamakan.

Jika pemerintah hanya sibuk memperkuat bangunan atas maka jelas pendidikan kita akan roboh dan tertinggal dengan daerah lain. Memang bangunan atas akan dengan mudah dilihat dan gemanya terdengar. Namun perlu dicatat bahwa akan dengan mudah roboh, sebab pondasi dasar dibangun di atas pasir yang rapuh.

Jangan sampai kebijakan pemerintah itu berbau pragmatis yang jauh dari substansi arah pembangunan. Meminjam Paulo Freire, pendidikan itu mestinya membebaskan. Tak terpenjara oleh kepentingan apa pun.

Pemerintah perlu membuka kesadaran untuk melihat pendidikan sebagai praksis pembebasan. Sekaligus sebagai kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia dari situasi ketertindasan. SDN Wegok sebagai salah satu potret buram pendidikak di Sikka harus menjadi perhatian serius pemerintah Kabupaten Sikka sehingga cita-cita bersama menuju Sikka Bahagia terwujud.*