“Mengumpat Waktu” oleh Gerard N Bibang

0
Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta

MENGUMPAT WAKTU

apa hak-ku mengumpat waktu
toh antara engkau dan aku bukan jarak tempuh
kerja dan fungsi memang menjarakkan kita
tapi rindu tak terukur mengutuhkannya
ego dan nafsu memang menumpas cinta
oleh rindu nyawanya dikembalikan

dalam menjarak, lengan tanganku tanggal sebelah
siang hari menjalani kehidupan yang gerah
deru mesin ekonomi neoliberalis membekukan tubuh
cambuk impian membuat jiwa jadi hantu

oleh rindu, lengan tangan disambungkan
engkau dan aku tidak sedang saling memenangi atau mengalahkan
kita berdua adalah sahabat bergandengan tangan
bersama-sama mengarungi jejak cinta yang Tuhan karuniakan

kalaupun engkau dan aku masing-masing berpacu mempersaingkan hari esok
rindu mengingatkan kita untuk jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala
kalau cemas karena digerogoti kesendirian
masuklah di kedalaman sunyi sanubari
di sana cinta sejati bersemayam abadi
*(gnb:tmn aries:jkt:senin:21.2.22)

BAGAIKAN ANGIN KEMARAU

mereka, sang ruang dan waktu, datang kepadamu
bagaikan angin kemarau
bertiup perlahan lalu berhembus amat kencang
bentangan langit yang semu merestui kita harus berjarak

mereka, sang ruang dan waktu, menyapu lautan
mengekalkan tanah berbongkah dan menyabet belantara
semesta bisu tiada mampu berkata-kata
dibuatnya tangan Tuhan dingin dan tak menyapa
senyap dan tak menoleh barang sekejap saja

dalam beningnya rindu
sang ruang dan waktu, melebur
suara kekasihmu terngiang-ngiang dalam sunyi
ternyata Tuhan tak pernah ingkar janji
menganugerahimu cinta yang tak pernah engkau minta
membiarkanmu merawatnya dengan peluh dan air mata
*(gnb:tmn aries:jkt:senin:21.2.22)

CINTA MENJELMA KOLAM

tiada sekalipun pernah menduga
cinta kita menjelma kolam sedemikian dalamnya
kita bernapaskan air
makan minum air
mengalirkan untung rugi ke dalam nadi
gerak gerik tubuh penuh spekulasi

wahai kekasihku
bukan salahmu atau salahku
cinta kita sedang masuk pasar riba
orang ramai-ramai menjual diri dan Tuhan
untuk membeli hidup yang picisan
untuk nikmat-nikmat dunia sebatas raga
diputar-putar oleh riba politik dan ekonomi
sistem neoliberalis yang membunuh mereka sebelum mati
satu kenyataan yang pasti terjadi

siapakah mereka-mereka di pasar itu
mereka punya nama hanya tak tertentu
wajah mereka tak berbentuk jenisnya
tiap saat berganti rupa
tergantung kepentingannya apa
tergantung rugi atau laba
mereka pilih kepada siapa yang lebih banyak tertawa
demi kesenangan raga, di sini dan sekarang
*(gnb:tmn aries:jkt:senin:21.2.22)

*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta