Politeknik STIA LAN Jakarta Lanjutkan Kegiatan PkM Hari Kedua di Desa Puspasari: Bahas Pembangunan, Ketahanan Pangan, dan Pengelolaan Sampah

0

Jakarta, BULIR.ID – Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilaksanakan oleh Politeknik STIA LAN Jakarta berlanjut pada hari kedua, Kamis (6/11), dengan agenda kunjungan lapangan dan audiensi di Desa Puspasari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Setelah pada hari pertama para peserta dan narasumber berdiskusi di Ruang Rapat Kecamatan Citeureup mengenai perencanaan pembangunan berkelanjutan desa, kegiatan hari kedua ini difokuskan untuk melihat langsung kondisi lapangan serta melakukan dialog bersama perangkat desa dan masyarakat setempat.

Kegiatan diawali dengan audiensi di kantor Kepala Desa Puspasari yang dihadiri oleh Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA, Retnayu Prasetyanti, dan Risky Yustiani Posumah dari Politeknik STIA LAN Jakarta, bersama Kepala Desa Puspasari, Kepala BUMDes, serta perangkat pendamping dan perencana desa. Dalam pertemuan tersebut, para akademisi dan perangkat desa membahas sejumlah isu strategis yang tengah dihadapi Desa Puspasari, antara lain tantangan pembangunan desa, isu ketahanan pangan, dan pengelolaan sampah berkelanjutan.

Kepala Desa Puspasari menekankan bahwa prioritas utama pemerintah desa saat ini adalah pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebelum memperluas program pembangunan fisik. “Kami ingin membangun SDM yang unggul dan berdaya, karena pembangunan berkelanjutan tidak akan berhasil tanpa masyarakat yang memiliki kapasitas dan kesadaran akan pentingnya lingkungan,” ujarnya.

Beliau juga menjelaskan bahwa Desa Puspasari, yang berkarakter sebagai desa perkotaan karena lokasinya yang berdekatan dengan wilayah Kota Bogor, tidak memiliki potensi wisata alam seperti gunung atau danau. Oleh karena itu, pemerintah desa berfokus menjadikan Kampung Ramah Lingkungan (KRL) sebagai daya tarik wisata unggulan berbasis lingkungan dan partisipasi warga.

Dalam diskusi tersebut, juga terungkap beberapa kelemahan utama yang masih menjadi hambatan bagi Desa Puspasari untuk berkembang, yaitu Desa belum memilikisumber daya alam yang dapat dijadikan daya tarik wisata alami; belum tersediafasilitas pengelolaan sampah terpadu untuk mencakup seluruh wilayah Desa Puspasari dan biaya insentif dari Pendapatan Asli Desa (PADes)masih terbatas sehingga belum mampu sepenuhnya menunjang berbagai program pembangunan desa.

Menyikapi hal tersebut, Prof. Dr. Nurliah Nurdin menyoroti pentingnya desa untuk menyesuaikan arah pembangunan dengan kebijakan nasional, termasuk implementasi instruksi Presiden yang mendorong setiap desa menyiapkan lahan seluas satu hektar untuk program ketahanan pangan terpadu. Lahan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan, peternakan skala kecil, atau pengelolaan pangan lokal yang dapat memperkuat kemandirian desa.

“Ketahanan pangan harus dilihat bukan hanya dari aspek produksi, tetapi juga dari tata kelola, inovasi, dan kemampuan masyarakat menjaga keseimbangan lingkungan,” ujar Prof. Nurliah.

Setelah sesi audiensi, tim PkM bersama aparat desa melakukan kunjungan lapangan ke lokasi pengelolaan sampah dan peternakan domba di wilayah Desa Puspasari. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat praktik pengelolaan sumber daya lokal dan potensi pengembangannya dalam mendukung ketahanan ekonomi masyarakat. Dalam kegiatan tersebut, para akademisi memberikan masukan teknis dan ide penguatan kelembagaan BUMDes agar dapat mengelola potensi lokal secara lebih profesional dan berkelanjutan.

Kegiatan PkM hari kedua ini menjadi tahapan penting dalam proses pendampingan langsung ke desa, setelah pada hari pertama peserta mendapatkan teori dan wawasan terkait perencanaan pembangunan berkelanjutan. Melalui interaksi langsung dengan perangkat desa dan masyarakat, tim Politeknik STIA LAN Jakarta berharap kegiatan ini dapat menghasilkan model pengelolaan pembangunan desa yang adaptif terhadap tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial, khususnya dalam konteks desa-desa urban seperti Puspasari.

Dengan semangat kolaborasi dan pembelajaran langsung dari lapangan, kegiatan ini diharapkan tidak hanya memperkaya pengetahuan aparatur desa, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam mendorong transformasi tata kelola desa menuju keberlanjutan, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat lokal.