Totalitas! Perawat RSD Wisma Atlet Setahun Tidak Bertemu Keluarga Demi Rawat Pasien Covid-19

0
Evy Ina Sasauw dalam Dialog Produktif bertema “Perawat Merawat Semangat” yang diselenggarakan KPCPEN dan ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu (17/3).

Tabur, BULIR.ID – Sejak virus corona merebak dan merengut jutaan nayawa di seluruh dunia, peran para tenaga kesehatan menjadi kekuatan vital.

Para nakes berada di garis terdepan dalam perang melawan virus mematikan yang pertama kali terdeteksi di Wuhan China pada awal tahun 2020 lalu.

Kisah heroik dan totalitas para nakes yang sehari-harinya berinteraksi langsung dengan pasien covid-19 menjadi semangat bagi seluruh warga negara untuk tetap melecut semangat menang atas covid-19.

Salah satu perawat yang menceritakan kisahnya rela tidak pulang untuk bertemu keluarga di rumah demi merawat pasien covid-19 di Rumah sakit Alternatif Wisma Atlet adalah Evy Ina Sasauw.

Dalam Dialog Rabu Utama bertema “Perawat Merawat Semangat” yang disiarkan oleh Kemkominfo TV, Rabu (17/3), Evi mengisahkan selama 12 bulan ia tak bisa pulang dan bertemu keluarganya.

Ia bertugas sebagai perawat di RSD Wisma Atlet yang dikhususkan menangani pandemi Covid-19. Selain mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap selama berjam-jam, dia juga harus ekstra hati-hati agar tak tertular virus corona.

“Biasanya kami hanya menggunakan handscoon dan masker, tetapi karena pandemi kami harus mengenakan APD lengkap. Dengan kondisi (mengenakan) APD yang begitu panas selama kurang lebih 8 jam, terkadang kami harus menahan haus, lapar, menahan untuk buang air, dan tidak boleh sedikit pun kami lalai, entah melepas atau robek, harus benar-benar disiplin sampai pelepasan APD, mandi, bersih-bersih, dan ganti pakaian,” tutur Evy

Meski takut tertular, Evy pun menjalani tugasnya dengan yakin. Ia menerapkan protokol kesehatan yang sesuai, cukup beristirahat, makan makanan sehat dan mengonsumsi vitamin, serta sebisa mungkin menjauhi stres.

“Kami di sini memang takut tertular virus Covid, tetapi kami yakin karena sudah menerapkan protokol yang sesuai, dengan pemakaian APD dan lain-lain. Support dari keluarga juga sangat mendukung agar kami tetap sehat, tetap semangat,” kata Evy.

Tak bisa bertemu fisik dengan orang-orang terkasih, para perawat tak boleh melibatkan perasaan pribadi dalam pekerjaan. Menurut Evy, banyak pasien yang mengalami stres sehingga harus dihibur dan didampingi agar kondisinya lekas membaik. Pasien-pasien itu diajak mengobrol, bernyanyi, sampai membuat video TikTok.

“Sementara dengan rekan sejawat, kami saling memberi support lewat kata-kata atau teriakan, atau tulisan yang dituliskan di hazmat, biar sesama nakes tetap semangat melayani pasien,” katanya.

Selain dukungan serta doa dari keluarga yang tak henti, lanjut Evy, melihat pasien yang sembuh dan bisa pulang ke rumah juga memberi kebahagiaan tersendiri. Tak jarang kepulangan itu turut dirayakan bersama rekan-rekan nakes.

“Ketika kita melihat pasien yang begitu senang, begitu gembira ketika diizinkan pulang, senangnya luar biasa. Dan kami jadi ikut semangat, ikut bahagia melihat kegembiraan mereka,” ujar Evy.

Di Hari Perawat Nasional yang jatuh pada 17 Maret, Evy yang telah menerima vaksinasi Covid-19 menyampaikan harap agar para nakes di Indonesia tak menyerah melayani di tengah pandemi. Ia yakin, pandemi ini dapat diatasi dengan kekompakan dan semangat tinggi.*