HMPN Gelar Seminar Bertema “Swasembada Energi Terbarukan untuk Masa Depan Berkelanjutan”

0
Jakarta, BULIR.ID – Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Nusantara (HMPN) gelar seminar nasional bertema “Swasembada Energi Terbarukan untuk Masa Depan Berkelanjutan” di Prima Caworking Speace pada Kamis, 5 Juni 2025.
Acara ini menjadi ajang diskusi kritis dan konstruktif mengenai pengelolaan potensi energi terbarukan di Indonesia khususnya di NTT.
Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Dr. Jeane Francoise, Akademisi HI Presiden University, FX Tue Mali, Pengamat Kebijakan Publik, Davianus Edi, Mediator PLN, Tony Widiatmoro Manager of Gheotermal Exploration & Permits.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Seminar, Longginus Gangkas mengatakan bahwa seminar ini bertujuan membuka ruang dialog kritis terkait masa depan energi di Indonesia khususnya di NTT.
“Flores sebagai pulau panas bumi adalah masa depan Indonesia dan dunia, apalagi ketika dunia sedang terjebak dalam spiral krisis energi dan perang tarif antara AS dan China,” ucap Longgi.
Menurutnya, secara geopolitik 70% ladang energi fosil dunia kini dikontrol korporasi besar dan aktor negara seperti China, Rusia, dan AS. Sementara Indonesia, punya “emas panas” di perut bumi yang harus dioptimalkan yang penting berjalingkungankan prinsip tata kelola yang baik, ada keterlibatan masyarakat adat dan perlindungan berbasis kearifan lokal, kedaulatan masyarakat adat dan lingkungan.
Dr. Jeane Francoise, menyoroti pentingnya diplomasi energi dan kerja sama lintas negara dalam mengembangkan teknologi energi bersih.  “Potensi panas bumi di NTT sangat besar dan bisa menjadi model kerja sama internasional dalam pengembangan energi terbarukan yang berbasis kearifan lokal,” jelasnya.
Sementara itu, FX Tue Mali menyampaikan bahwa langkah pemerintah pusat dalam mendorong kebijakan swasembada energi melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sejalan dengan visi daerah seperti NTT yang memiliki sumber energi terbarukan melimpah.
 “RUEN menargetkan bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Ini bukan sekadar angka, tapi arah kebijakan konkret yang menuntut keterlibatan aktif seluruh lapisan masyarakat,” tambahnya.
Dari sisi teknis dan pelaksanaan, PLN menyampaikan optimisme terhadap perkembangan pemanfaatan energi panas bumi di wilayah NTT.  Tony Widiatmoro menjelaskan bahwa PLN telah memulai beberapa proyek eksplorasi dan berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis panas bumi di NTT “Energi panas bumi tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga memberikan kepastian pasokan yang lebih stabil. Ini penting bagi daerah kepulauan seperti NTT,” ungkapnya.
Sementara itu, Davianus Edi menambahkan bahwa seluruh proyek energi terbarukan yang dijalankan PLN menerapkan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.
“Kita tidak ingin membangun energi dengan mengorbankan lingkungan juga masyarakat sekitar. Oleh karena itu, setiap pengembangan proyek panas bumi selalu diawali dengan kajian AMDAL yang ketat dan pelibatan masyarakat lokal,” tegas Budi.
Seminar nasional ini menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa NTT memiliki peluang besar menjadi pelopor energi terbarukan di Indonesia. Dengan pengelolaan yang tepat, kolaborasi multi-stakeholder, dukungan kebijakan nasional, serta komitmen terhadap kelestarian lingkungan, swasembada energi berbasis panas bumi bukan lagi mimpi — melainkan langkah nyata menuju masa depan yang adil dan berkelanjutan.