Ketua Umum EXCO Partai Buruh Malaysia: Hari Buruh Harus Jadi Momentum Kolektif Menuju Keadilan Sosial bagi Kaum Pekerja

0

Jakarta, BULIR.ID – Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025, Eliseus Warre—Ketua Umum EXCO Partai Buruh di Malaysia sekaligus anggota Komunitas Buruh Migran Antar Bangsa—menyampaikan refleksi dan seruan politik kepada seluruh pekerja, khususnya buruh migran Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

Eliseus mengawali pernyataannya dengan mengingatkan kembali sejarah panjang perjuangan kaum buruh internasional yang berakar dari aksi besar pada tahun 1886 di Amerika Serikat.

Pada saat itu, gerakan pekerja menuntut hak-hak dasar, termasuk jam kerja 8 jam dan upah yang adil. Empat tahun kemudian, perjuangan tersebut diabadikan melalui deklarasi 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional oleh Federasi Internasional Kelompok Sosialis dan Serikat Buruh.

“Momentum sejarah ini harus terus dihidupkan, bukan hanya sebagai upacara tahunan, tapi sebagai perlawanan politik yang nyata atas segala bentuk eksploitasi buruh,” tegas Eliseus dari Singapura.

Dalam pidatonya, ia juga mengulas sejarah perjuangan buruh di Indonesia—mulai dari era kolonial, masa larangan peringatan Hari Buruh di bawah Orde Baru, hingga saat ini di mana gerakan buruh telah berkembang menjadi kekuatan politik dalam bentuk Partai Buruh.

Menurutnya, tantangan buruh hari ini telah bergeser namun tidak berkurang. Isu-isu seperti diskriminasi gender di tempat kerja, minimnya perlindungan bagi buruh migran, hingga rendahnya akses terhadap layanan sosial, menjadi bukti bahwa perjuangan masih jauh dari selesai.

“Apakah kita bekerja sebagai buruh yang sadar dan menuntut hak, atau kita hanya menjadi budak sistem produksi yang setelah tenaganya dikuras, lalu dibuang?” tanya Eliseus secara retoris, menggugah kesadaran para pekerja Indonesia yang tersebar di luar negeri.

Ia menegaskan bahwa perjuangan buruh tidak cukup hanya dilakukan melalui gerakan sosial atau LSM. Dibutuhkan wadah politik yang kuat dan mandiri—Partai Buruh—yang mampu menyuarakan aspirasi buruh di ruang-ruang pengambilan keputusan negara.

“Momen ini harus menjadi pengingat bahwa cita-cita keadilan dan kesejahteraan tidak akan tercapai tanpa keberanian untuk bersatu dan membangun kekuatan politik dari bawah,” pungkasnya.

Sebagai penutup, Eliseus menyampaikan salam persatuan bagi seluruh buruh di dunia.
“Salam Damai dan Sejahtera untuk kaum buruh di seluruh muka Bumi. Merdeka! Merdeka!”