VATIKAN, Bulir.id – Paus Fransiskus memuji keberagaman budaya dan agama sebagai “anugerah dari Tuhan.” Hal itu disampaikannya dalam pesan video kepada kaum muda yang berkumpul di Tirana, Albania.
Pesan video Paus pada 17 September 2024 dikirimkan kepada 50 orang muda dari 25 negara Mediterania dan Laut Hitam yang berpartisipasi dalam Mediterranean Encounters 2024 (Med24) di Tirana, Albania, 15–21 September.
“Renungkanlah keberagaman tradisi kalian sebagai sebuah kekayaan, kekayaan yang dikehendaki oleh Tuhan,” kata Paus kepada kaum muda yang berkumpul di Tirana, Albania, dalam rangka Mediterranean Encounters 2024.
“Persatuan bukan berarti keseragaman,” imbuhnya, “dan keberagaman identitas budaya dan agama kita adalah anugerah dari Tuhan.”
Komentar Fransiskus tentang keberagaman identitas agama sebagai anugerah yang dikehendaki Tuhan muncul tak lama setelah Paus menjadi berita utama selama akhir pekan karena memberikan pesan kepada kaum muda di Singapura pada 13 September bahwa “semua agama adalah jalan untuk mencapai Tuhan.”
Tema pertemuan tersebut adalah “Pilgrims of Hope, Builders of Peace” dan diadakan satu tahun setelah Paus Fransiskus berpartisipasi dalam Pertemuan Mediterania di Marseille, Prancis, pada 23 September 2023.
Konferensi antaragama difokuskan pada tema perdamaian, migrasi, dan martabat manusia dan mencakup momen dialog, doa, dan dialog budaya.
Dalam pesannya, Paus Fransiskus meminta para peserta Med24 untuk “menempatkan suara mereka yang tidak didengar di pusat,” khususnya kaum miskin dan migran.
“Saya memikirkan mereka yang, seringkali masih sangat muda, harus meninggalkan negara mereka demi masa depan yang lebih baik,” katanya. “Jagalah setiap orang. Ini bukan tentang jumlah, tetapi tentang orang-orang, dan setiap orang itu suci; ini tentang wajah-wajah, yang martabatnya harus dipromosikan dan dilindungi. Kita meninggalkan budaya ketakutan untuk membuka pintu sambutan dan persahabatan.”
Paus juga mendorong para pemuda Albania khususnya untuk “meneladani jejak para martir kalian.”
“Keberanian mereka adalah kesaksian hidup yang dapat mengilhami komitmen Anda untuk melawan segala bentuk kekerasan yang merusak kemanusiaan kita, seperti yang dilakukan Beata Maria Tuci saat ia baru berusia 22 tahun,” katanya.
Maria (juga dieja Marije) Tuci adalah salah satu dari 38 martir Albania yang dibeatifikasi pada tahun 2016.
Wanita muda Albania, seorang guru di sekolah dasar Katolik yang juga sedang dalam pelatihan untuk menjadi seorang suster religius, ditangkap dan dipenjarakan oleh negara komunis anti-Katolik pada tahun 1949.
Dia meninggal pada tahun 1950 pada usia 22 tahun setelah disiksa secara brutal di penjara.*
