Jakarta, BULIR.ID – Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terus melakukan sejumlah strategi guna mendorong masyarakat lebih dekat kepada transportasi umum. Mulai dari push and pull, skema layanan buy the service (BTS) yang setara, hingga integrasi informasi dan integrasi antar moda transportasi di DKI Jakarta dengan area-area penyangga.
Demikian diungkapkan Direktur Angkutan BPTJ, Tatan Rustandi dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 yang mengangkat tema “Transportasi Publik, Solusi Perangi Polusi’, Senin (18/9).
Tatan meyakini bahwa penggunaan transportasi publik yang masif oleh masyarakat dapat menjadi salah satu solusi mengatasi persoalan kualitas udara di Ibu Kota dan wilayah sekitarnya yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
“Salah satu tugas kami di BPTJ adalah meningkatkan penggunaan angkutan umum. Persoalannya memang, Jakarta ini tidak bisa diselesaikan hanya Jakarta, kita harus berbicara greater area-nya atau Bodetabek. Sehingga bukan hanya persoalan masyarakat Jakarta, tapi pergerakan dari Bodetabek ini cukup menyumbang,” tutur Tatan dalam diskusi.
Dalam paparannya, Tatan menyampaikan bahwa pergerakan wilayah Jakarta pada 2022 berdasarkan data Dishub DKI Jakarta dan BPS mencapai 19,63 juta pergerakan setiap hari, dengan modal share angkutan umum sebesar 18,45% (termasuk angkutan online) atau 10,29% (di luar angkutan online).
Dari jumlah pergerakan tersebut, penggunaan KRL mencapai 781.745 perjalanan setiap hari, disusul transjakarta 747.920 perjalanan setiap hari, MRT 115.135 perjalanan setiap hari, LRT 5.640 perjalanan setiap hari, serta ojek online 1.003.160 perjalanan setiap hari. Sementara selebihnya menggunakan kendaraan roda empat pribadi yang melalui ruas-ruas jalan tol yang ada.
Tatan menyebut untuk area Jakarta, daya jangkau layanan angkutan umum kepada masyarakat (coverage area) telah mencapai 70%. Namun, coverage area di kota-kota penyangga sekitar Jakarta masih berkisar 20% – 30%.
Karena itu, BPTJ sendiri telah melakukan strategi dan kebijakan baik jangka pendek, menengah, dan panjang, dengan tujuan menggerakan masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, sehingga mengurangi volume kendaraan pribadi di ruas-ruas jalan Ibu Kota.
“BPTJ sendiri, memiliki rencana induk, sampai 60% [coverage]. Oleh karena itu, perlu adanya modernisasi di wilayah Bodetabek sehingga orang mau beralih ke layanan transportasi umum yang modern dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Salah satu langkah yang dilakukan BPTJ sebagai kepanjangan pemerintah adalah menerapkan strategi “Push and Pull”.Push strategy, yakni mendorong masyarakat meninggalkan angkutan pribadi. Langkah push strategy yang dilakukan yakni berupa manajemen ruang dan waktu untuk akses kendaraan pribadi. Termasuk pembatasan ruang jalan, pembatasan parkir, dan pengaturan waktu.
“Sebagai contoh di Belanda, diterapkan bahwa parkir tuh mahal sekali. Jadi parkir sangat menentukan. Jadi kita minta tidak hanya di ruang lalu lintas pengaturan ini, tetapi juga di ruang perparkiran. Memang masih perlu perhitungan lebih lanjut,” ujarnya.
Adapun pull strategy, yakni menarik masyarakat menggunakan angkutan umum. Pull strategy dilakukan dengan perbaikan terus menerus layanan angkutan umum dengan segala kelengkapan sarana dan prasarana, serta operasional.
Hal tersebut, menurut Tatan, untuk menciptakan penyediaan pelayanan angkutan umum yang “setara” antara Jakarta dengan Bodetabek, baik dalam hal pelayanan maupun aksesibilitas. Dengan begitu, strategi ini dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum karena aksesnya jadi lebih dekat dari tempat tinggalnya.
“Contohnya, pengoperasian layanan bus dengan skema Buy The Services (BTS). Kesetaraan layanan ini sebagai wujud preemptive pada pelaku perjalanan, sehingga pelaku perjalanan shuttle dapat memperoleh layanan angkutan umum lebih dekat di tempat tinggalnya di Bodetabek sehingga meninggalkan kendaraan pribadinya dan beralih ke angkutan umum,” turut Tatan.
Tatan mengatakan, perbaikan maupun penyempurnaan penyediaan fasilitas integrasi angkutan umum antarmoda dan intramoda juga dilakukan, sehingga perpindahan moda angkutan umum menjadi nyaman dan aman, tanpa penambahan biaya pada halte, terminal, stasiun, bahkan hingga bandara dan pelabuhan.
“Jangan lupa, ciri khas gaya hidup orang modern adalah naik angkutan umum,” tutup Tatan.