Rumah-rumah Rapuh di Negeri Ring of Fire

0

Oleh Zaenal Abidin (Anggota Dewan Redaksi Bulir.id)

Jakarta, BULIR.ID – Sebagian besar korban gempa di Cianjur, ada ratusan yang meninggal dan ribuan yang terluka, akibat badan dan kepalanya tertimpa bangunan yang runtuh.

Zaman Belanda, kawasan Cianjur dan Sukabumi rakyatnya dilarang membangun rumah menggunakan tembok, mereka hanya dibolehkan memakai bahan bangunan dari kayu kayuan dan bambu. karena wilayah tersebut rawan gempa dan dilewati sesar Cimandiri.

Itu diutarakan astronom sepuh Bambang Hidayat (88 tahun), mantan Guru Besar Departemen Astronomi ITB. Melihat data wilayah di sana berkali-kali dilanda gempa mulai 1834, 1879, 1900, 1910, 1912 .

Setelah jaman kemerdekaan, Cianjur Sukabumi berulang kali diombang-ambingkan gempa yakni 2 Nopember 1969, 26 Nopember 1973, 10 Februari 1982, 12 Juli 2000 dan yang terbaru Senin 21 Nopember 2022.

Tetapi setelah kemerdekaan, larangan membangun rumah pakai tembok itu dianggap cara politik Belanda merendahkan kaum pribumi. Bangunan dari tembok dianggap lambang kemakmuran, bambu dan kayu simbol ketertinggalan.

Padahal kita lihat sekarang, bangunan dari tembok rawan terhadap guncangan gempa. Sementara secara tradisional leluhur masyarakat Indonesia mempunyai pengetahuan dan kesadaran membangun tempat tinggal yang tahan terhadap gempa. Satu sisi mustahil untuk mengajak masyarakat kembali kebangunan tradisional.

Paling yang bisa dilakukan selalu mengingatkan masyarakat, kita tinggal di negeri cincin api di zona tektonik yang setiap saat diguncang gempa, sedangkan leluhur sudah mengajarkan kearifan, tinggal mau mendengarkan atau kita abaikan.*Zaenal).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here