Tarik Investor, Manajer Reli Senior Minta Gelaran WSBK Libatkan Profesional Lokal Berpengalaman

0
John Winata saat mengikuti Singapore Motorshow di East Jurong tahun 1992 dalam rangka mempromosikan Sentul ke Internasional melalui ajang paling bergengsi di Asia dan bahkan dunia. Foto Kiri ke kanan: Alm Dody Hardjito, Hutomo MP, Dick Ward (Australia, produsen Mazda RX7 Super Saloon) , Tinton S dan John (Impreza) Winata (paling kanan).

Tabur, BULIR.ID – Menjelang gelaran World Superbike Mandalika (WSBK) 2021 yang berlangsung pada pada 19-21 November mendatang, Indonesia tengah menjadi sorotan dunia. Pergelaran yang semula dijadwalkan pada 12-14 November itu merupakan seri pamungkas dari 13 balapan musim ini.

Mirisnya, bukan karena kehebatan Sirkuit Mandalika yang menjadi sorotan dunia, namun karena ulah panitia lokal Mandalika Grand Prix Assosiation (MGPA) yang diduga unboxing boks (membuka) kargo motor Ducati secara ilegal.

Tim Ducati pun dikabarkan marah besar karena kargo motor milik pabrikan Italia itu dibuka secara ilegal. Anehnya lagi, motifnya sang pegawai itu ternyata sangat sederhana yakni demi konten dan subscriber YouTube.

Mantan Manajer Reli Senior, John Impreza atau John Impreza Winata mengaku sangat menyayangkan kelalaian dari anggota panitia yang secara sengaja melanggar aturan. Menurutnya, kendati kejadian itu kecil namun punya dampak yang sangat besar hingga disorot dunia.

“Saya rasa kejadian kemarin seperti unboxing itu memang hal kecil yang diremehkan. Namun dampaknya sangat besar,” kata Direktur Utama dan Manajer Impreza Motorsport yang menaungi pereli juara nasional mendiang Tonny Hardianto dan navigator Anthony Sarwono pada Jum`at (12/11/21).

Sehingga menurutnya, peristiwa memalukan ini harus menjadi pelajaran penting bagi penyelenggara untuk mengevaluasi keseluruhan penyelenggaraan. Peristiwa ini, tambahnya, imbas dari minimnya pengetahuan panitia soal aturan dan regulasi dalam menyelenggarakan event akbar internasional sekelas WSBK ini.

Dari kasus kemarin, John melihat kurangnya pengetahuan akan regulasi serta penerapan aturan yang ketat. Di sisi lain, disiplin juga penting dengan menerapkan aturan yang ketat. Sebab, banyak dari kita tidak akan disiplin jika aturannya longgar.

“Orang kita kalau tidak ada aturan yang ketat maka tidak akan disiplin. Di sentul saya tau sangat ketat dulu. Bahkan sampe Pak Tomy mau naik ke atas pit aja dilarang sama sekuriti. Sampe heboh. Saya tau percis. Bisa bayangkan? Tidak pandang bulu,” tutur sosok yang merupakan ex. GM Marketing Intra Golflink Resort yang mengelola New Kuta Golf Pecatu Bali dan Palm Hill Golf & Country Club Sentul ini.

John Impreza Winata (kiri) dan Anthony Sarwono saat bertemu di ISSOM 2021 round 2 sirkuit Sentul lalu (Foto: Mobilinanews.com)

John menyarankan agar menggunakan marketing yang benar yakni melalui pers, bukan marketing YouTube dan Medsos serta jangan menggunakan YouTuber saja, tegasnya, harus yang official.

John juga menyayangkan minimnya keterlibatan para profesional lokal (orang Sentul Sirkuit yg pengalaman) misalnya dalam penyelenggaraan salah satu ajang balap motor paling bergengsi di dunia ini. Ia melihat, sudah sejak awal penyelenggara berjalan out of the track karena tidak melibatkan profesional lokal.

“Menurut saya bagus secara kulit. Karena untuk dapat event SBK aja sudah hebat. Dan bisa bangun sirkuit internasional sudah sangat bangus. Namun saya tidak melihat melibatkan profesional Indonesia yang mengerti sirkuit. Seperti pengurus sentul kan sudah sejak 1991 kita promosikan di Singapore motorshow dan sudah mengurus Sentul: dari belum jadi sampe jadi,” tukas sosok yang kini sudah menjadi pendeta ini.

Selain melibatkan profesional pengurus Sirkuit Sentul, sosok yang pernah menjadi Direktur Pemasaran PT Moto KTM Indonesia ini menambahkan, Ikatan Motor Indonesia (IMI) juga punya banyak para profesional yang sangat mengerti tentang sirkuit yg senior2, Mereka harus dilibatkan.

“Nah kok ga ada? Minimal adviserlah. Kan panitianya RC di lapangan walaupun dari luar negeri tapi kan lokal SDM perlu. Yang pengalaman ya pasti yang sudah pernah kerja di sirkuit. (Sentul misalnya) Nah jual pisang goreng aja kan tukang bungkusnya aja bukan tukang bungkus semen kan?” imbuhnya.

Lebih lanjut John berharap, dengan peristiwa memalukan kemarin, Indonesia, utamanya para panitia agar memperbaiki marketing. Menurutnya, permintaan maaf saja tidak cukup, namun harus diikuti dengan perbaikan berupa mengajak serta para profesional dan senior lokal untuk menyukseskan event ini.

“Ya. Saya berharap masih ada istilah di marketing. Bahwa “Bad news is good news”. Jadi kan kesempatan bad news ini untuk perbaiki. Minta maaf saja tidak cukup. Tapi perlu diikuti act. Jadi mulai ajak profesional-profesional lokal. Yang senior-seniorlah terlibat dalam adviser setidaknya,” ungkap pria yang berpengalaman di management tim rally ini.

Mantan Managing Director Strata Advertising ini lalu membeberkan strategi marketing yang bisa diterapkan dalam rangka memperkenalkan WSBK Mandalika ini. Antara lain, rincinya, memasang poster dan banner untuk menciptkan atmosphere SBK Mandalika di Sentul.

“Mandalika secara advertising juga gaungnya kurang, hanya YouTuber-YouTuber saja. Di Jakarta kan ibu kota. Kenapa tidak ada yang gaungin. Promosinya buatlah sesuatu di sentul. Yang pasti bisa pakai untuk tempat promosikan ke dunia. Bahwa kita Indonesia bukan pertama kali punya sirkuit. Kita sudah pengalaman sejak 92 atau sudah 30 tahun,” bebernya.

Lebih jauh, pria yang sukses mempromisikan Sirkuit Sentul hingga ke manca negara ini mengatakan bahwa harus ada profesional yang memikirkan bagaiman mendatangkan investor dari event ini. Hal ini bertujuan agar bisa berdampak positif terhadap ekonomi Indonesia.

“Sebenarnya banyak sirkuit di dunia ini yang belum adakan F1 juga. Namun bisa mendatangkan investor yang banyak. Makanya harus ada bagian profesional yang memikir kan bagaimana bisa mendatangkan investor yang besar. Sehingga berdampak positif,” ujarnya.*

“Jadikan ini sebagai hikmah. Jangan kecewa. Lanjut Pak Jokowi dan kita semua pasti dukung,” tutupnya.*(Rikard Djegadut).