Astaga! Jenazah Tertukar, Jazad Seorang Muslim Malah Dikremasi Jadi Abu

Kejadian tak lazim terjadi di RS Bhayangkara Polda Riau. Mayat seorang Muslim dikremasi karena tertukar degan jasad seorang keturunan Tionghoa.

0

Tabur. Bulir.id. Batam – Sebuah kejadian unik namun memprihatinkan terjadi di sebuah rumah sakit di kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kejadian unik tersebut adalah tertukarnya penyerahan jasad jenazah kepada pihak keluarga oleh Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepulauan Riau, Batam pada Sabtu (22/5).

Jenazah yang tertukar adalah seorang pasien beragama Islam atas nama Abdul Hamid (44) asal Sulawesi Selatan dengan jenazah warga keturunan Tionghoa bernama Sing Peng. Yang membuat heboh adalah jenazah Abdul Hamid yang merupakan seorang muslim sudah terlanjur dikremasi menjadi abu oleh keluarga keturunan Tionghoa.

Kejadian tak lazim ini terjadi akibat keteledoran pihak rumah sakit Bhayangkara saat menangani pengembalian jenazah.

Awalnya jenazah Abdul Hamid  sudah berada di kamar jenazah Rumah Sakit tersebut selama 8 jam. Ia meninggal karena menderita penyakit asma. Namun jenazah harus menjalani test bebas Covid dan menunggu beberapa prosedur sebelum dikembalikan kepada keluarga. Namun setelah melalui tahap pertama dan dinyatakan negatif Covid-19, pihak keluarga masih harus menunggu untuk beberapa prosedur lainnya. Alhasil jenazah Abdul Hamid malah tertukar.

Pihak keluarga menuding bahwa pihak Rumah Sakit lalai dan harus bertanggung jawab atas tertukarnya jenazah tersebut.

Setelah mendapat laporan dari keluarga Abdul Hamid, pihak rumah sakit langsung menelepon keluarga Sing Peng dan menyampaikan bahwa jenazah tertukar.Namun sayangnya jenazah Abdul Hamid malah sudah terlanjur dikremasi oleh keluarga Sing Peng.

Keluarga Sing Peng yang merupakan keturunan Tionghoa mempunya kepercayaan bahwa jenazah orang bujang harus segera di kremasi. Sehingga jenazah dikremasi sebelum pihak keluarga melihat jenazah tersebut.

Jenazah Abdul Hamid lalu diambil dari rumah duka keluarga Tionghoa dan dibawa kembali oleh keluarganya untuk dishalatkan dan kemudian dimakamkan secara Islam. Menurut Masrur Amin dari keluarga Abdul Hamid bahwa mereka sangat menyesalkan kejadian tersebut.

“Kami berharap untuk pihak rumah sakit tidak mempersulit pihak keluarga dalam mengambil jenazah. kalau bisa ikutilah kode etik yang berlaku dan jangan mencoba-coba mengambil kesempatan di situasi pandemi saat ini. Sejauh ini kami belum mendiskusikan lebih lanjut apakah ada upaya hukum lainnya yang akan kita tempuh. Tuntutan kita bagaimana pihak rumah sakit membantu korban, mungkin ada sedikit perhatian dari RS Bhayangkara, namun itu tidaklah menjadi tuntutan yang mutlak,” pungkasnya seperti dikutip dari merdeka.com.

Sementara itu sepupu Sing Peng, Awi, yang mewakili keluarganya mengatakan, kejadian bermula ketika keluarga menjenguk korban ke rumah sakit. Setelah itu Sing Peng difoto dan gambar dikirim kepada keluarganya di kampung.

“Belum sempat terkirim, HP bapak mati. Setelah itu bapak langsung menuju ke rumah duka, setelah jenazah tiba di sana. Saya juga belum sempat melihat jenazahnya, namun karena di istilah Tionghoa mayat yang bujang harus sesegera mungkin dikremasi, akhirnya jenazah tersebut dikremasi dan saya juga tidak melihat wajah abang,” katanya.

Sampai saat ini kedua belah pihak keluarga sudah saling memaafkan dan saling menerima keadaan. Namun untuk urusan lebih lanjut seperti akan menempuh jalur hukum atau tidak dalam menuntut pihak RS Bhayangkara, masih dibicarakan oleh pihak keluarga Abdul Hamid.