Tabur. Bulir.id. Lombok – Setelah heboh dengan kepulangan atket peraih medali emas asal NTT yang tak dijemput Pemprof dan Koni NTT, kini kita dibuat heboh kembali dengan nasib sejumlah atlet Lombok Tengah (Loteng) yang bertanding di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua.
Dilansir dari insidelombok.id, ada tiga atlet futsal asal Lombok Tengah yang mengikuti aksi demo bersama Koalisi Masyarakat Peduli Olahraga (Kompol) yang digelar Kamis (7/10) di depan Bupati dan Kantor Koni Lombok Tengah.
“Kami ikut demo untuk meminta pemberian uang Pelatda (pemusatan latihan daerah). Ketua KONI janji akan berikan sebelum keberangkatan (ke Papua), tapi sampai pulang tidak juga kami terima,” ujar salah satu atlet, Makrifatul Amri di sela-sela aksi demo.
Disampaikan bahwa pihak KONI sudah menjanjikan akan memberikan hak para atlet tersebut sebelum keberangkatan ke Papua. Namun sampai sekarang uang itu tidak kunjung diberikan.
Total uang Pelatda yang belum diberikan mencapai 90 juta rupiah yang merupakan hak bagi sembilan orang atlet yang berangkat ke Papua. Uang tersebut merupakan akumulasi biaya transport untuk enam bulan selama menjalani pelatihan di tahun 2021.
“Pada malam keberangkatan, kami hanya mendapatkan uang saku dari Pemda sebesar Rp4,5 juta. Saat kami tanya melalui grup atlet, kami diblokir,” lanjutnya.
Hal serupa disampaikan juga oleh Ketua Kompol Lombok Tengah, Opan Cobok. Ia meminta pihak KONI lebih memperhatikan kesejahteraan para atlet di Lombok Tengah karena mereka telah mengharumkan nama daerah.
Namun justru sebaliknya, pengurus KONI terlihat kompak tidak memberikan uang perlengkapan dan juga uang saku kepada atlet yang bertanding di PON XX Papua.
Kabid Olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga Lombok Tengah, Lalu Hilim saat menemui massa aksi menjelaskan uang Pelatda diberikan selama dua tahun, yakni periode 2020 dan 2021.
Untuk 2020 sudah selesai diberikan kepada atlet dengan ditransfer langsung ke rekening masing-masing. Adapun di 2021, penyalurannya dilakukan melalui KONI. Pihaknya pun sudah menyerahkan anggaran sebesar Rp100 juta lebih kepada KONI untuk uang Pelatda tersebut.
“Kami sudah mengupayakan mediasi antara KONI dan 10 atlet mengenai hal ini bulan September lalu. Saat itu kami tegaskan uang ini harus dibayar sebelum berangkat ke Papua. Saat itu Ketua KONI katakan siap, tapi ternyata belum sampai sekarang,” sesalnya.
Sementara itu, pihak KONI lombok Tengah, melalui bendaharanya, Fatah, berdalih kalau dana untuk para atlet tersebut akan serahkan sesudah atlet pulang dari Papua dengan menggelar acara seremonial.
“Itu sebenarnya akan kami agendakan untuk diberikan dengan adanya acara seremonial,” katanya.