Bulir Bernalar: Antara Hoax dan Fake News

0

Oleh: Djanuard Lj*

Editorial, Bulir.id – Akal sehat mesti berbulir sehingga mengenyangkan dan menguatkan. Bahwa kebenaran yang berasal dari akal sehat selalu menjadi penopang untuk bertindak. Ini senada dengan moto bulir.id, “kenyang jiwa, sehat akal.” Akal sehat mesti memberikan rasa puas dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang rasional itu.

Kini, akal sehat kian tumpul karena sering digerogoti fake news. Ketumpulan itu juga terlihat pada penggunaan kata hoax dan fake news. Padahal keduanya itu berbeda. Kita sudah terjebak dalam pemahaman yang salah. Hal ini terjadi karena kita jarang mengasah akal pikiran kita sehingga tidak kritis dengan realitas bahasa.

Pada tulisan kali ini, Bulir.id mencoba meluruskan pemahaman yang keliru antara hoax dan fake news. Sebab keduanya sudah sekian lama kita gunakan secara bersamaan namun kita telah mengaburkan maknanya.

Ada pemahaman yang salah dari masyarakat terkait penggunaan kata hoax. Hoax disalahartikan sebagai kabar bohong atau berita palsu: fitnah. Padahal jika kita baca pengertian dari akar kata (etimologis), arti kata tersebut tidaklah demikian.

Menurut Robert, salah satu ahli filolog, kata hoax digunakan di Inggris pada abad ke-18. Dalam bukunya, A Glossary: Or, Collection of Words, Phrases, Names and Allusions to Customs, yang terbit pada 1822 di London, ia menulis bahwa hoax berasal dari hocus, sebuah kata latin yang merujuk pada hocus pocus. Pada kata hocus, ia memberikan arti “to cheat” atau menipu.

Bagi Nares, Hocus pocus mengacu pada mantra para penyihir yang sering digunakan para pesulap dalam membuat trik, sebagai sarana hiburan. Meski demikian, tak ada satu pun yang dirugikan dalam hal ini. Nares mengungungkapkan bahwa latar belakang inilah sebagai konfirmasi kuat asal kata hoax.

Merujuk dari pengertian yang diberikan oleh Nares, hoax berarti kabar bohong yang dibuat untuk menghibur orang lain. Atau sengaja dibuat untuk membingungkan penerima informasi dengan tujuan bercanda.

Telah terjadi bias pengertian hoax sehingga kita pun terjebak di dalam pengertian yang salah. Kita telah menggunakan frasa hoax mengandung arti kabar bohong yang dibuat secara sengaja untuk memfitnah. Ini yang seringkali kita gunakan sehari-hari.

Misalanya berita bohong terkait vaksin covid-19 yang mengandung mikrocip magnetis. Ini kemudian dibantah dan dijelaskan oleh Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, bahwa lubang jarum suntik sangat kecil, tidak ada partikel magnetik yang bisa melewati. Faktanya bahwa vaksin berisi protein, garam, lipid, pelarut, dan tidak mengandung logam.

Banyak masyarakat terjebak pada berita-berita bohong sehingga sulit membedakan fakta atau fiksi. Kita kemudian mengetahuinya sebagai fakta setelah dijelaskan oleh pemerintah atau pihak terkait.

Di Amerika penggunaan berita bohong tidak menggunakan frasa hoax melainkan fake news. Fake news bermakna berita bohong atau berita yang direkayasa, yang informasinya palsu dan latar belakang penyebarannya untuk memfitnah dan mencelakakan orang lain.

Inilah yang membedakan hoax dan fake news. Pada hoax, informasi tersebut berbohong dan penyebarannya untuk bercanda atau sekedar untuk menghibur. Sedangkan fake news, informasi bohong dengan tujuan mencelakakan.

Peran Akal Sehat

Peran akal sehat sangatlah penting dalam membaca dan mencerna makna. Kesadaran kritis menjadi kunci bagi kita semua untuk membedakan mana yang fakta dan fiksi. Sebagai pembaca yang bertanggung jawab, kita perlu mengecek dan mencari sebanyak mungkin informasi yang belum jelas kebenarannya seperti pada kasus di atas.

Dengan demikian Bulir.id sadar untuk menyadarkan pembaca karena memiliki tanggung jawab sebagai penyuara kebenaran. Peran kunci bulir adalah menyebarkan kebenaran dan bertanggung jawab dalam masyarakat majemuk.

Sebagai insan komunikasi sosial, kita juga perlu mengetahui lebih banyak tentang makna sejati dari kebenaran dan tanggung jawab, sehingga kita dapat menghargai nilai-nilai kebenaran dan bertanggung jawab dalam segala bidang kehidupan. Pada tataran inilah yang mematangkan kita mampu membedakan mana fakta dan mana fiksi.*

 


*Djanuard Lj merupkan alumnus Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala Surabaya. Kini bekerja sebagai penulis tetap di media online Bulir.id. Lj panggilan akrabnya, kini tinggal dan bergulat dengan bisingnya kehidupan kota Jakarta.