Jakarta, Bulir.ID – Gamelan Jawa sebagai salah satu warisan kebudayaan nusantara, Indonesia, tampil dalam Hyperfestival di Kota Paris, Perancis. Hyperfestival merupakan festival terbesar yang menyatukan berbagai macam budaya di kota tersebut.
Dalam festival ini, terdapat lebih dari 200 acara budaya seperti festival, konser, teater, tari, sirkus, seni jalanan, dan pameran, berhasil dipentas pada ajang tersebut.
Hyperfestival dilaksanakan pada 21 Juli hingga 31 Agustus 2021, di ruang publik seluruh Paris seperti alun-alun, taman, kebun, halaman sekolah, perpustakaan, bahkan halaman rumah sakit dan établissement d’hébergement pour personnes âgées dépendantes (EHPAD) atau rumah jompo.
Pada akhir kegiatan festival, warga Paris diajak mengikuti perjalanan ke Tanah Jawa Indonesia melalui pementasan gamelan Jawa dan tari kontemporer yang bertema ‘Berkunjung ke Jawa’ (Voyage à Java) yang diusung Asosiasi Rebonds bersama dukungan penuh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris.
Konser Gamelan dan Tari Jawa dipentaskan pada tanggal 28 dan 29 Agustus 2021 di Rumah Sakit Bretonneau, dan dibuka untuk publik dengan mematuhi protokol kesehatan.
Dalam sambutannya, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Paris, Warsito, mengapresiasi para musisi dan penari yang selalu berkomitmen mempromosikan seni budaya Indonesia di Paris.
“Saya juga mengapresiasi antusiasme masyarakat untuk menyaksikan konser ini,” ucap Atdikbud Warsito disela-sela kegiatan tersebut, Sabtu (28/8/2021).
Konser ini dipertunjukkan dalam bentuk parade dengan rute yang dimulai dari Bichat – Rumah Sakit Cl Bernard ke Rumah Sakit Bretonneau pada hari Sabtu dan pada hari Minggu dengan rute sebaliknya.
Selama parade, musisi dan penari berhenti pada titik-titik tertentu yaitu di depan Hasard Ludique, la Villa des Arts, dan Square Carpeaux, lalu konser utama diselenggarakan di auditorium budaya Rumah Sakit Bretonneau.
Sebagai informasi, sejak tahun 1999, sejumlah rumah sakit di Prancis memang memiliki pusat kebudayaan. Hal ini merupakan hasil perjanjian bersama antara Menteri Kebudayaan dan Menteri Kesehatan.
“Banyak rumah sakit tidak hanya sebagai tempat pemulihan bagi yang sakit, namun lebih dari itu, juga tempat interaksi kehidupan bersosial,” jelas Atdikbud Warsito.
Setelah penampilan, beberapa penonton yang hadir tidak langsung meninggalkan auditorium. Mereka mengikuti praktik singkat menabuh gamelan dan menari.
Atdikbud KBRI Paris juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Kota Paris, Direction Régionale Des Affaires Culturelles (kantor regional kebudayaan di Prancis), dan Manajemen Rumah Sakit Bretonnau.*