Mengenal Ismi Rohimaningsih: Perempuan Penggerak, Inspirator di Balik Diplomasi Budaya Ala KPN

0

Jakarta, BULIR.ID – Siang itu, Kamis, 7 Agustus 2025, cuaca panas tidak mampu menembus masuk lantai 3 Gedung Utama Kementerian Luar Negeri. Di ruang kerja Andy Rachmianto, Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler sekaligus Kepala Protokol Negara, suasana tampak hangat, adem dan cair.

Di sela-sela obrolan ringan dan hangat dengan Andy Rachmianto, sosok sang istri, Ismi Rohimaningsih masuk dengan sapaannya yang bersahabat serta senyuman yang teduh dan akrab. kehadirannya membuat suasana makin cair.

Ismi datang menyalami satu-satu rombongan jurnalis senior yang dipimpin langsung oleh Drs. Asri Hadi, MA selaku Pemimpin Redaksi INDONEWS.ID. Hadir dalam wawancara yang berlangsung kurang lebih 120 menit itu antara lain Pemred Matra dan Editor.id serta Pemimpin Umum Bulir.id

Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Amman, Yordania ini tak ingin membuang-buang waktu menjelaskan bagaimana awal mula dirinya menjadi penasihat fashion bagi suaminya.

Selama lebih dari dua dekade, Ismi Rohimaningsih mencintai kain-kain tradisional Nusantara — batik, tenun, hingga songket. Namun, baru lima tahun terakhir, cintanya itu menjalar pada sang suami.

“Awalnya, saya hanya memakainya sendiri,” ujarnya sambil tersenyum. “Tapi waktu di Yordania, saya mulai memengaruhi suami untuk ikut memakai. Ternyata, beliau malah jatuh cinta,” bebernya.

Masa tugas Andy Rachmianto sebagai Duta Besar RI untuk Yordania dan Palestina menjadi titik awal. Setiap akhir pekan, pasangan ini menjelajahi situs-situs bersejarah di Yordania — negeri yang dijuluki The Land of the Prophets. Di depan Petra, Amman Citadel, hingga Laut Mati, Ismi berpose dengan wastra Nusantara, difoto oleh sang suami.

“Foto-foto itu saya beri narasi dan saya cetak menjadi buku My Journey Book: Indonesia & Jordan Beauties,” kenangnya. “Saya ingin tunjukkan bahwa kain kita bisa hadir di mana saja, bahkan di jantung peradaban kuno.”

Sebagai Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Amman, Yordania, ia juga aktif memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia—khususnya wastra atau kain tradisional nusantara—sebagai alat diplomasi kultural yang lembut namun berpengaruh.

Puncak pengaruhnya terlihat pada KTT ASEAN 2024 di Labuan Bajo. Atas usul Andy, semua kepala negara mengenakan tenun Manggarai Barat. “Warna baju untuk kepala negara ditentukan presiden,” kata Ismi. “Lucunya, warna pilihan saya ternyata sama persis dengan pilihan presiden. Untungnya belum dijahit,” ujarnya, terkekeh.

Bagi Ismi, memakai kain bukan hanya soal estetika. “Ada kebanggaan dan kebahagiaan ketika teman-teman ikut membeli. Ada satu perempuan di kampung yang bisa menyambung hidup karena karyanya terjual. Itu woman empowerment. Roda ekonomi ikut berputar,” ujarnya mantap.

Dari GENG hingga 1000 Cinta untuk Papua

Selain menjadi inspirator wastra, Ismi adalah salah satu dari empat penggagas pertama Gerakan Etalasi Nasi Gratis (GENG), gerakan berbagi makanan untuk mereka yang membutuhkan.

GENG dimulai dari empati terhadap mereka yang kesulitan mendapat makanan layak. Gerakan ini mengusung konsep “Ambil Seperlunya, Beri Semampunya”, dan terus berkembang menjadi model solidaritas sosial berbasis komunitas di berbagai kota.

“Ternyata orang Indonesia itu generous banget. Hati mereka mudah tergerak untuk membantu sesama. Saat covid, kami juga menyiapkan ribuan box makanan bagi petugas di berbagai rumah sakit,” bebernya.

“Bagi saya, gerakan sekecil apa pun, kalau dilakukan dengan cinta, akan menemukan jalannya sendiri menuju keberkahan dan keberlanjutan,” ucap Ismi.

Kebaikan dan kebermanfaatan ini terus berlanjut, Ismi membuat gerakan sosial bernama Gerakan 1000 Cinta untuk Papua. Inisiatif untuk mengirim bantuan serta dukungan moral ke tanah Papua. “Saya ke Papua buat gerakan ini,” tambahnya.

Baginya, gerakan-gerakan ini lahir dari rasa tidak tega melihat kesenjangan sosial. “Saya percaya, kebaikan yang sederhana pun bisa membentuk lingkaran yang besar.”

Benang Merajut Kesabaran

Di sela aktivitasnya yang padat, Ismi juga hobi merajut. “Merajut itu prosesnya lama. Ada yang harus ditunggu. Itu mengajarkan kesabaran,” tuturnya.

“Perjalanan bahtera rumah tangga kami juga banyak diwarnai drama menunggu. Saya belajar bahwa menunggu pun bisa indah, jika dilakukan dengan hati yang sabar.”

“Saya selalu mengantar dan menjemput Mas Andy saat pergi dan pulang bertugas. Kibiasaan itu dilakukan sejak dulu hingga sekarang,” ungkapnya.

Ismi Rohimaningsih pernah menjadi Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Amman (2017–2021), Penggagas GENG dan Gerakan 1000 Cinta untuk Papua, Penulis buku My Journey Book: Indonesia & Jordan Beauties.