SEBENING BIRU UTK PIUS RENGKA: Tanggapan Puitik terhadap Narasi Kota Ruteng
SEBENING BIRU
Sebening danau di bawah biru
Dari Ranamese hingga Sano Nggoang
Narasi tertutur dari mulut ke mulut
Tentang tubuh yang lebih cerdas dari otak
Tentang Nuca Lale yang meneteskan susu, makan dan minum
Bagi anak cucu bergenerasi turun temurun
Nuca lale
Tubuh yang melekuk-lekuk bagai seekor ular
Kau bukan eksperimen
Untuk peneliti yang berikhtiar tentang genealogi sebuah kegembiraan
Pada tubuh Nuca Lale
Warta abadi tentang kasih yang permanen
Yang tersiar mengikuti irama ndundu-ndake
Gung gendang adalah gerak
Ndundu ndake adalah musik
Menyatu dalam sebuah manifestasi:
“Bunyi yang ingar bingar
Dengan seketika mengingatkan pada gemuruh pada awal penciptaan
Sekali ber-Sabda, terjadilah!
Indah selamanya!”
Nenggo, danding, sanda dan mbata
Puja-puji dalam nada
Menyusun makna dari detik ke detik
Membentuk riwayat hidup kita dan hidup kami
Tentang riwayat yang singkat ini
Yang berpapasan hanya untuk berlalu
Menjadi noktah yang lenyap ditelan waktu
Ad gloriam Dei, Mori Keraeng !
Di bumi Nuca Lale
Ngarai, danau, pantai, air terjun, Ulumbu dan hutan berbunga
Warta sunyi tentang ALLAH
Tentang Alfa dan Omega
Apakah kami harus memahami segala sesuatunya tentangmu dengan kata-kata yang bertele-tele?
Oh Nuca lale
Sebening biru sdh termaktub di dalam kalbu
Melampaui ruang dan waktu
Pesan abadi dari lereng-lereng Mandusawu
***
* Nuca Lale = tanah Manggarai
* Ndundu ndake = tari tradisional di Manggarai yang meliuk-liuk dari pinggang hingga paruh badan diiringi gung-gendang berirama cepat
* Mori Keraeng = Tuhan
* AD gloriam Dei = Demi kemuliaan Allah (1 Kor:10:31)
* mbata, sanda, nenggo, danding = nama lagu dan gerak tari di Manggarai
**
* puisi ini ditulis ulang yang sdh ditayang thn 2014 dg judul Oh Nuca Lale: gnb:tmn aries:jkt:selasa: 16.11.21)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.