SETELAH INI-48:
ZIARAH BATHIN
setelah ini, kupikir-pikir, ziarah bathinku sudah dimulai dan tiada akhir; ziarah ke mana kalau bukan kepadamu; kepada siapa, kalau bukan kepada kekasih; kapan kalau bukan diziarahi sejak kemarin hingga hari ini, juga setelah ini
engkau, kekasihku, adalah kepenuhan jiwa; itu sudah jelas dan tak terbantahkan; tak ada yang lebih indah
jingga dari bibir senja menghangatkan suara hujan; itu sudah jelas dan tak terbantahkan; kalbu tertetes oleh titiktiktik suaranya; sejuk tak terkira, tak terucap kata dan nada; membekukan segala yang ragu-ragu
tak ada yang lebih indah dari senja itu; engkau dan aku pun sudah tahu; senja itu adalah cinta kita yang sudah dimulai, maka ziarah bathinku tiada akhir; tiada yang lebih dari senja itu; hujan menetes dan menggelorakan bara cinta; dari dulu hingga kini, sekarang dan di sini; dalam ziarah bathin tiada akhir
SETELAH INI-49:
EKSIS DALAM KESUNYIAN
senja temaram menyelimuti udara kota metropolitan; terselip di antara klakson dan debu polusi; seakan hendak membawa takdir bhw debu dan polusi tak pernah abadi; bhw cahaya senja membuat jingga tampak kian menyala
aku sudah bertanya kepada senja dan setelah setelah ini aku tetap bertanya kepadanya: “mengapa engkau membekukan bahasa? mengapa temaram-mu menyimpan rahasia yang tak terungkap kata? mengapa temaram-mu membuatku terbayang-bayang akan kekasih yang tidak sedang di sini?”
aku terdiam beberapa lama; membeningkan kebenaran bhw waktu tidak abadi; bhw hanya cinta yang kekal; bergulir dalam waktu tapi tak terhanyut; berbulan-bulan dan bertahun-tahun; cinta tetap di sana; eksis dalam kesunyian
hahahahahaha, aku sudah bisa tertawa; setelah ini aku semakin yakin, engkau dan aku tetap satu jiwa raga; toh cinta tetap ada; eksis dalam kesunyian; bergelora dalam senyap; berkembara di setiap ayunan langkah hingga menapak di alas tiba
SETELAH INI-50:
DIANGGAP ABSURD
biarlah setelah ini aku dianggap absurd
dianggap mencintai seseorang yang semu
aku tahu kepada siapa aku mencinta
akui tahu ke arah mana aku buang wajah
mungkin orang-orang itu menganggap diri suci; jika manusia suci tapi kata-katanya nyinyir dan sinis maka
ia tak lebih dari bangunan sobekan-sobekan; yang jika ditutupi warna, sucinya hilang, diganti kebodohan
apakah absurd itu
ialah tahu tentang kepalsuan dan kebohongan tapi menamakannya kebenaran
sudah lama aku tahu tentang hal itu
apakah aku bodoh?
bukan, katamu
orang bodoh ialah ia yang tidak tahu apa itu kebenaran
ialah orang yang meminum air dari sebuah gelas tapi ia tidak tahu apa itu gelas
hahahaha, aku terhibur
kebenaran telah menguatkanku
nasib telah membuat orang berbeda
namun cinta tahu kepada siapa ia dialamatkan
*
(gnb:jkt:juli ’21)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.