Dimoderatori Dewan Redaksi Bulir.id, Simak Pelajaran dari Peluncuran Buku “Dunia Hoegeng”

0
Dewan Redaksi Bulir.id, Drs. Asri Hadi, MA saat menjadi moderator acara peluncuran buku "Dunia Hoegeng: 100 Tahun Keteladanan" di Balai Sarwono dan disiarkan secara LIVE di Kompas TV, Minggu (7/11/21).

Tabur, BULIR.ID – Peluncuran buku “Dunia Hoegeng: 100 Tahun Keteladan” sukses digelar di Balai Sarwono, Jl. Madrazah, No. 14, Jerut Purut, Kemang, Jakarta Selatan pada Minggu (7/11/21).

Acara yang digelar secara hybrid yakni online dan offline itu menghadirkan Dewan Redaksi Media Bulir.id selaku Dosen Senior di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Drs. Asri Hadi sebagai moderator diskusi.

Sementara itu, juga turut hadir sejumlah tokoh nasional baik sebagai pembicara maupun sebagai tamu undangan. Hadir secara virtual memberikan pesannya adalah Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri.

Beberapa tokoh yang hadir secara tatap muka di antaranya Mayjen Pol (Purn) Sidarto Danusubroto, anggota Wantimpres, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam), Komjen Pol Arief Sulistyanto, mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna, Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Komedian Warung Kopi (Warkop) Indro dan sejumlah tokoh lainnya.

Hadi pula penulis buku “”Dunia Hoegeng: 100 Tahun Keteladan” Farouk Arnaz serta perwakilan keluarga, putra kedua Hoegeng Iman Santoso, Adytya S. Hoegeng.

Selepas Adytya S. Hoegeng menyampaikan sambutannya berupa testimoni tentang kehidupan Hoegeng, dalam acara yang berlangsung kurang lebih dua (2) jam tersebut, Asri Hadi, selaku moderator dipanggil untuk naik ke panggung untuk memulai memandu sesi diskusi.

Ferdy Hasan selaku Master of Ceremoni (MC), membacakan sekilas sekaligus memperkenalkan profil moderator sebelum mempersilahkannya menuju panggung.

“Bapak-ibu para hadirin, pada sesi ini, kita akan memperdalam pengenalan kita pada sosok Jenderal Hoegeng melaui testimoni dan pernyataan dari orang-orang atau sahabat dekat yang pernah mengenal Jenderal Hoegeng,” kata Dosen tamu SESKOAL ini memulai sesinya.

Ia lalu mempersilahkannya beberapa pembicara untuk naik ke atas panggung antara lain Mayjen Pol (Purn) Sidarto Danusubroto, anggota Wantimpres, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam), Komjen Pol Arief Sulistyanto, penulis buku Farouk Arnaz, dan perwakilan keluarga, putra kedua Hoegeng Iman Santoso, Adytya S. Hoegeng.

Juga kepada Komedian Warung Kopi (Warkop), Indro dan mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna.

Dewan Redaksi Bulir.id, Drs. Asri Hadi, MA (paling kiri); Kabaharkam Polri, Komjen Pol Arief Sulistyanto; Putra Kedua Jenderal Hoengen, Adytya S. Hoegeng; Anggota Watimpres, Mayjen Pol (Purn) Sidarto Danusubroto; Penulis Buku Farouk Arnaz dalam acara peluncuran buku “Dunia Hoegeng: 100 Tahun Keteladanan” di Balai Sarwono, Minggu (7/11/21).

Keteladanan Hoegeng dan Sekolah Kepolisian

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres), Sidarto Danusubroto, meminta anggota polisi mengikuti keteladanan dari Mantan Kapolri, Hoegeng Iman Santoso. Keteladanan tersebut mesti diterapkan dalam melayani masyarakat.

Sidarto Danusubroto menerangkan, Sosok Hoegeng mengingatkan bangsa Indonesia pada sosok seorang mantan Kapolri yang memiliki semangat dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai polisi.

“Sosok Pak Hoegeng itu mengingatkan kita pada keteladanan. Ya terus terang sampai sekarang, saya belum menemukan sosok seperti beliau, sampai sekarang. Nilai-nilai yang dimiliki Pak Hoegeng itu harus diajarkan di Sekolah Kepolisian,” katanya.

Perlu Keberanian untuk Jujur

Sementara itu, mewakili Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam), Komjen Pol Arief Sulistyanto mengatakan kejujuran membutuhkan keberanian.

Komjen Arief mengatakan, Hoegeng Iman Santosa bukan saja seorang yang memiliki kejujuran, tapi dia adalah seorang yang berani jujur.

“Karena dengan kejujuran itu menjadi modal kuat bagi beliau untuk terus berjuang. Karena itu walaupun banyak jabatan yang diemban Pak Hoegeng waktu itu, dia tetap mempertahankan kejujurannya. Saya membayangkan bagaimana para staf beliau berhadapan dengan tipe pemimpin seperti Pak Hoegeng saat itu,” katanya.

“Perlu keberanian untuk berdiri di sini dan berada di tempat itu. Karena banyak pemimpin kita yang baik. Pak Hoegeng bukan legenda tapi dia adalah fakta. Beliau adalah teladan kejujuran dan integritas,” imbuhnya.

Sebuah Mimpi dan Legacy

Putera kedua Hoegeng Iman Santoso, Aditya S. Hoegeng dalam kata sambutannya mengatakan bahwa tidak pernah membayangkan bisa menggelar acara bedah buku pada hari ini.

“Saya katakan bahwa acara peluncuran hari ini adalah sebuah mimpi karena di tengah keterbatasan dana masih juga bisa diselenggarakan acara peluncuran buku ini. Ini semua berkat uluran tangan dari para sahabat dan pihak-pihak tertentu,” ujar Didit, sapaannya.

Ia menuturkan, suatu ketika, Didit ditelepon oleh Rio Sarwono, seorang teman yang juga pemilik gedung Balai Sarwono di kawasan Jeruk Purut Jakarta Selatan. Rio mengajurkan agar dibuatkan acara peluncuran buku tersebut.

“Akhirnya dengan bantun Pak Rio dan teman-teman lain maka dapat dilaksanakan launching buku ini pada hari ini,” ujarnya.

Keteladanan yang Menular

Keteladanan Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso ternyata punya daya menular. Bahkah sampai ke dunia yang bukan yang digelutinya sehari-hari. Jenderal Hoegeng menjadi sosok penting dalam perjalanan Warung Kopi DKI atau yang dikenal Warkop DKI.

Salah satu personil Warkop DKI, Indrodjojo Kusumonegoro mengatakan Jendral Hoegeng punya peran penting bagi keberadaan dan perjalanan Warkop DKI.

“Om Hoegeng punya ketertarikan pada kami, sehingga kami pun diajak ke kegiatan sosial yang dilakukannya,” kenangnya.

Bagi Indro, Hoegeng adalah sosok kapolri yang sangat sederhana dan merakyat, bahkan rela duduk bersama di dalam penjara.

Menurut Indro, nilai yang sangat penting diajarkan oleh Hoegeng dan ditanamkan oleh Warkop DKI adalah kedisiplinan, terutama soal waktu.

“Sebab, kata Om Hoegeng, salah satu cara berterima kasih kepada Tuhan adalah menghargai pekerjaan dan disiplin waktu adalah wujud rasa syukur kita kepada Tuhan,” ungkapnya mantap.*(Rikard Djegadut).