Oleh: Gerard N Bibang*)
Wahai lima samudera, dengarlah
telanlah ragaku semaumu, silahkan
kukatakan kepadamu bahwa cintaku tak diikat dunia
bahwa kasih sayangku kepada nusa bangsa dan kekasihku tidak terpanggul ruang dan waktu
itulah hakekat dan kadar cintaku
engkau katakan bahwa kapalku pecah
ambruk dan berkeping-keping tak karuan
kukatakan kepadamu bahwa jiwaku terus berlayar abadi
menjaga para kekasih dan nusa-bangsaku beraama cahaya langit
aku telah bersama Sang Pencipta Maha Kasih
biarlah engkau sibuk merajut jeratan-jeratanmu
mengoyak-ngoyak kapal dan ragaku dengan hempasan arus
menggiring ke rongga-rongga bawah samudera bagai labirin
misteri tak terselami

Ini kukatakan sekali lagi
bahwa cintaku abadi
bahwa ragaku kini sdh terbebaskan dari himpitan dunia
bahwa inilah cara saudara kematian menjemput aku
engkau dan aku tak pernah tahu
panggillah dunia seisinya; dan jika kamu hendak mengukur cintaku; ini kukatakan bahwa kamu harus yakin sungguh-sungguh; bahwa kamu perlu mati agar hidup kembali; bahwa berkorban nyawa adalah jalan kehidupan; syarat tak terelak menuju keabadian
sebab ketika langkah setiap makhluk mendarat di alas tiba
kematian sesungguhnya datang tanpa diundang
(***gnb:tmn aries:jkt:minggu:25.4.21: saat panglima TNI menyatakan 53 awak kapal KRI Nanggala-402 telah gugur)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.
