Masih Tertatih; Menyoal Mutu SDM NTT

Fokus sasaran dalam jangka panjang adalah mempertahankan investasi pendidikan pada penduduk usia dini dalam mengenyam pendidikan serta memastikan penduduk usia muda menyelesaikan pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.

0

Oleh: Alex Andi Watir

Tilik. Bulir.id. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menyajikan angka pencapaian partisipasi pendidikan penduduk Nusa Tenggara Timur yang cukup baik pada kelompok penduduk usia 7-15 tahun. Akses penduduk pada pendidikan dasar dan menengah terbuka luas dan dimanfaatkan oleh penduduk. Namun, data ini menjadi perhatian utama karena akses pada pendidikan tinggi yang ditamatkan yakni jenjang menengah atas dan perguruan tinggi, masih jauh di bawah harapan. Fenomena ini dipertegas melalui indikator capaian pendidikan tertinggi yang mampu dijalani sebagian besar penduduk Nusa Tenggara Timur yang hanya pada jenjang pendidikan dasar. (Sumber: Susenas 2020)

Survei di atas tercatat dalam statistic Pendidikan NTT tahun 2020 yang menampilkan angka yang cukup mengkhawatirkan bahwa sekitar 22 dari 100 penduduk umur 15 tahun ke atas tidak memiliki ijazah, karena tidak pernah mengenyam pendidikan atau karena tidak menyelesaikan pendidikan SD/sederajat. Selain itu, hanya sekitar 10 persen yang berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang perguruan tinggi. Hal ini sudah dapat dipastikan bahwa kelompok penduduk ini tidak dapat terserap pada pasar tenaga kerja yang menuntut adanya capaian tingkat pendidikan tertentu. (Sumber: Susenas 2020)

Melihat data dan informasi ini, perlu ada strategi solutif untuk meminimalisir penyerapan tenaga kerja yang memiliki mutu SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyelesaiakan jenjang Pendidikan menengah dan pendidikan tinggi perlu mendapat perhatian bersama baik pemerintah, masyarakat dan keluarga bagi kemajuan pencapaian pendidikan di Nusa Tenggara Timur. Di sisi lain, penguatan peran sistem pendidikan non formal serta pengayaan bentuk pelatihan ketrampilan menjadi alternatif lainnya dalam upaya bersama meningkatkan kualitas pendidikan serta kapasitas penduduk Nusa Tenggara Timur. Seluruh upaya ini merupakan tanggungjawab bersama, pemerintah, masyarakat, serta keluarga atau orang tua, sesuai dengan amanat undang-undang terkait penyelenggaraan pendidikan.

Masih dalam kamelut ini, tiba-tiba muncul peristiwa global, wabah COVID-19 yang secara eksplisit memberikan tamparan keras terhadap dunia Pendidikan di Indonesia, terutama bagi daerah yang tergolong daerah 3T. Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka diberhentikan dan dialihkan kepada pembelajaran daring (online). Dimana kita dipaksa harus beradaptasi dengan pola belajar mengajar dengan model yang baru melalui akses teknologi informasi dan komunikasi di tengah keterbatasan jaringan dan internet.

Terhadap situasi ini, Susenas 2020 merilis data yang menunjukan bahwa paling tidak satu dari empat penduduk usia sekolah di Nusa Tenggara Timur mengakses internet dalam tiga bulan terakhir. Hal ini menyatakan bahwa masih ada ketimpangan yang sangat tinggi terhadap akses penggunaan internet di Nusa Tenggara Timur. Ini harus menjadi perhatian utama pemerintah untuk dapat membuat kebijakan serta program daerah yang mampu mendukung terlaksananya kegiatan di setiap lembaga, sekolah dan organisasi lainnya.

Situasi ini merupakan tanda-tanda ketidakseriusan pemerintah dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB (Sustainable Development Goals/SDGs) tepatnya Bidang Pendidikan. Perlu segera ada evaluasi dan tindak lanjut dengan strategi-strategi yang tepat agar cita-cita nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dapat tercapai. Karena itu peningkatan kualitas dan pemerataan layanan Pendidikan menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan dan pengembangan mutu SDM.

Pemerintah daerah harus berkomitmen dalam penyelenggaran pendidikan yang merata dan memerlukan daya yang lebih besar untuk memperkecil perbedaan capaian pendidikan bagi penduduk yang kurang mampu dan penduduk pedesaan. Fokus sasaran dalam jangka panjang adalah mempertahankan investasi pendidikan pada penduduk usia dini dalam mengenyam pendidikan serta memastikan penduduk usia muda menyelesaikan pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.


Tentang penulis: Alex Andiwatir, S.Fil, M.Si adalah
Dosen Universitas San Pedro & Pendiri Taruna Akademia (Sebuah lembaga bimbingan belajar yang memfokuskan diri untuk mempersiapkan anak-anak NTT dalam mengikuti ujian masuk TNI, polri dan Ikatan Kedinasan lainnya).