Tabur, BULIR.ID – Dalam rangka memperkuat soliditas organisasi, Komisariat Pemuda Katolik Papua Barat menggelar konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat dengan tema “Membangun Solidaritas dan Soliditas Pemuda Katolik Menuju Peran Nyata Bagi Gereja Katolik, Pemerintah, dan Masyarakat di Tanah Papua,” di Hotel Aston Niu Manokwari selama 27 hingga 29 September 2021.
Hadir dalam kegiatan ini antara lain Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, Gubernur Papua Barat, Drs. Dominggus Mandacan M.Si., serta lebih dari 100 orang kader Pemuda Katolik, OMK, PMKRI dan WKRI Se-Papua Barat.
Ketua Komisariat Daerah Pemuda Katolik Papua Barat, Yosepha Faan mengatakan ada sejumlah alasan terkait pengusungan tema dalam konferensi ini. Pertama, Pengurus Pusat Pemuda Katolik berdasarkan amanat Kongres XVII Kupang 2018 melakukan konsolidasi organisasi di seluruh indonesia dalam hal ini komda-komda yang masih bersifat caretaker agar perlu segera melakukan Musyawarah Komisariat Daerah (Muskomda) supaya terbentuk kepengurusan yang definitif.
Dalam hal ini Komda Papua Barat selama kepengurusan Komda periode 2018-2021 telah melaksanakan Muskomcab di 12 kabupaten. Dari sisi konsolidasi organisasi, Komda dan seluruh Komcab Pemuda Katolik Papua Barat telah definitif, utuh baik prosesnya maupun strukturnya. Meski demikian Komda Pemuda Katolik Papua Barat menilai bahwa keutuhan konsolidasi organisasi tidak cukup.
“Komda Pemuda Katolik Papua Barat memandang pentingnya kesatuan antar kelompok/golongan/organisasi kaum muda Katolik seluruh Papua Barat. Maka konferensi ini melibatkan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), OMK (Orang Muda Katolik), bahkan ormas WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia),” kata Yosepha Faan.
Kedua, sehungan dengan poin pertama, Pemuda Katolik Komda Papua Barat memandang perlunya suatu konferensi yang mepersatukan semua elemen organisasi Katolik Se-Papua Barat untuk dapat lebih berkontribusi bagi tanah Papua Barat dan Gereja.
Ketiga, pelaksanaan konferensi ini sejalan dengan visi misi organisasi Pemuda Katolik yang termaktub dalam semboyan “pro ecclesia et patria.”
Komda Pemuda Katolik Papua Barat memandang bahwa makna keteruntukkan organisasi bagi tanah air Indonesia dimulai dari kontribusi pengurus daerah bagi daerahnya masing-masing. Dalam konteks ini, kontribusi Pemuda Katolik Papua Barat bagi Indonesia, dimulai dengan keterlibatan Komda Papua Barat dalam isu dan persoalan di Tanah Papua Barat.
“Pemuda Katolik Papua Barat memiliki kewajiban moral untuk terlibat dan melibati kehidupan sosial politik, Gereja di Indonesia dan terutama, di Papua Barat,” tambah Yosepha Faan.*
Gubernur Papua Barat, dalam sambutan tertulisnya mengatakan bahwa pemuda dan masa depan ibarat “manusia dan udara”. Adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena telah menjadi kodrat bagi pemuda itu sendiri yang sering disebut – sebut sebagai masa depan, tunas bangsa dan pelanjut generasi.
“Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda turut berandil dalam rangkaian upaya pembangunan bangsa. Bahkan, ketika kita berbicara tentang sejarah bangsa indonesia, pembicaraan tersebut tidak bisa terlepas dari konteks kepemudaan,” kata Drs. Dominggus Mandacan M.Si.
Dominggus Mandacan berharap melalui momentum kegiatan Konferensi Pemuda Katolik Se-Provinsi Papua Barat yang diangkat dengan tema “Membangun Solariditas dan Soliditas Pemuda Katolik” ini akan mengarahkan para pemuda Papua menuju peran nyata bagi gereja katolik, pemerintah dan masyarakat di tanah papua.
“Saya mengajak segenap kaum muda Katolik, khususnya yang berada di kabupaten/kota se – Provinsi Papua Barat, agar dapat menyadari tanggung jawabnya sebagai pemuda, menyadari tugas panggilannya di tengah – tengah pemerintah, gereja dan masyarakat untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati di tanah papua,” pungka Dominggus Mandacan.
Pemimpin Harus Melayani
Sementara itu, Uskup Monokwari-Sorong, Hilarion Datus Lega menyoroti peran Pemuda Katolik bagi Gereja dan Tanah Air dalam mewujudkan keadilan sosial, kemanusian, dan persaudaraan sejati di Tanah Papua.
Uskup Hilarion memaparkan dasar teologis-kristologis pemimpin kristiani dimana Allah Bapa sebagai pemimpin utama dan Allah Putra sebagai pemimpin sejati. Kepemimpinan Yesus Kristus adalah kepemimpinan diakonia (pelayanan), sehingga kepemimpinan pada hakekatnya adalah bertujuan melayani.
Dalam kesimpulannya, Uskup Hilarion mengatakan menjadi seorang pemimpin harus memiliki mentalitas melayani, rela berkorban, sederhana, rendah hati, dan berpendirian teguh serta berpegang teguh pada prinsip kebenaran.
“Menjadi seorang pemimpin yang bermentalitas melayani atau sebagai abdi Allah (servus servorum Dei) dan masyarakat (servus populi), hendaknya bercermin diri terus-menerus di depan cermin Ilahi dan mengacu kepada nilai-nilai budaya yang baik.
”Sebagai pemimpin sejati, hendaknya belajar memperbaiki diri, mengoreksi diri, mengendalikan diri (emosinya), dan menguasai diri sebelum tampil memimpin orang lain. Dengan kata lain, menjadi pemimpin sejati bagi masyarakat hendaknya memiliki beberapa sikap dan sifat, seperti melayani, mengabdi, berkorban dan berani mengatakan kebenaran dan menolak manipulasi, rekayasa dan kebohongan,” tegas Uskup kelahiran Manggarai, Flores itu.
Adapun Aloysius Paulus Siep ditetapkan sebagai Ketua Panitia Konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat dalam rapat pengurus Komda Papua Barat. Aloysius adalah politisi Partai Perindo sekaligus anggota DPRD Kabupaten Manokwari.
Aloysius Paulus Siep mengatakan konferensi ini penting bagi persatuan, solidaritas dan soliditas seluruh unsur organisasi atau komunitas Gereja Katolik yang ada di Papua Barat. Dengan persatuan soliditas ini, maka Pemuda Katolik dan komunitas Katolik lainnya dapat membangun komunikasi yang sehati sejiwa, persaudaraan lintas suku, agama, budaya, bahkan dengan pemerintah di Papua Barat.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Sekjen Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Edward Wirawan mengapresiasi pelaksanaan Konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat. Ia mengatakan konferensi ini adalah sebuah defining moment, dimana Pemuda Katolik Papua Barat bertransformasi menjadi pelayan (pemimpin) bagi komunitas-komunitas Katolik di Papua Barat dan bahkan bagi komunitas masyarakat lainnya.
Edward menambahkan, kerja konsolidasi organisasi bukanlah akhir tetapi sebuah permulaan untuk lebih terlibat dalam persoalan sosial kemasyarakatan dan gereja.
“Tujuan konsolidasi adalah keutuhan organisasi. Dengan organisasi yang utuh dan kosolidatif, maka pemuda katolik siap untuk terlibat dalam persoalan gereja bangsa dan negara,” kata Edward.
Analoginya, terang Edwarnya, konsolidasi organisasi seperti seorang sopir memperbaiki kendaraan truk yang rusak menjadi baik. Dengan kendaraan truk yang baik, sang sopir tersebut bisa melakukan kerja seperti angkat pasir atau kerja lainnya. Sopir truk tersebut menjadi produktif.
“Inilah mengapa, konsolidasi dalam konferensi ini saya sebut sebagai defining moment Pemuda Katolik Komda Papua Barat,” jelasnya.*