Refleksi Setahun Covid-19 di Indonesia: Antara Virus dan Kita

0

Oleh: (Marianus Heronimus*)

Tilik, BULIR.ID – Pandemi coronavirus deseases 2019 atau covid-19 merupakan jenis virus yang menyerang pada saluran pernapasan dan bersifat akut atau disebut juga SARS-CoV-2.

Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Pada tanggal 9 April, kasus tersebut sudah menyebar ke 34 provinsi, dimana DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan kasus terbanyak.

Saat ini per Sabtu (6/2/2021), pemerintah melaporkan adanya penambahan sebanyak 12.156 kasus baru. Sehingga, total pasien terkonfirmasi di Indonesia per Minggu (7/2/21) telah mencapai 1.147.010 kasus.

Jawa Barat menjadi provinsi dengan penambahan kasus COVID-19 tertinggi yakni 3.971, disusul DKI Jakarta dengan 2.379 kasus, dan Jawa Tengah sebanyak 1.601 kasus. Baca Jabar Nyaris 4 Ribu, Ini Sebaran 12156 Kasus Baru Covid-19 RI 6 Februari.

Kalau kita semua merasa apatis dan merasa kondisi ini baik-baik saja, maka pandemi tidak akan pernah berakhir. Kepatuhan menjadi kunci berkahirnya covid-19. Persoalannya, kita tidak menempatkan diri kita, bahwa kita sedang berada dalam keadaan yang darurat. Semua merasa “everything is OK”. Akibatanya, protokol kesehatan pun diabaikan.

Untuk itu, yang perlu kita ingat adalah bahwa virus ini sangat berbahaya dan sudah banyak merenggut jiwa di seluruh dunia.

Sayangnya, masih banyak masyarakat kita yang beranggapan bahwa pandemi ini hanya bagian dari propaganda politik dan pencarian laba dari segelintir orang yang mengatasnamakan kesehatan.

Singkat saja! Stop paranoid! Stop berprasangka buruk terhadap orang lain, bahwa penyakit ini adalah memang benar ada dan sangat berbahaya.

Setahun Covid-19

Sekian bulan covid-19 telah merebak di seluruh Nusantara dan merengut banyak korban jiwa. Tepat pada Maret mendatang, virus ini genap setahun menyerang Indonesia. Namun bukan untuk dirayakan melainkan sebagai sebuah “wake up call” agar kita sadar bahwa keberadaan virus ini nyata dan baru pertama ada di dunia, termasuk Indonesia.

Dampak virus ini sangat besar merusak dan menyerang hampir semua apsek kehidupan, baik kesehatan, ekonomi, pendidikan maupun budaya. Bahkan silaturahmi antara sesama pun dibatasi.

Andai kata Covid-19 ini disamakan dengan kelahiran seorang anak manusia, maka peristiwa kelahiran ini merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu untuk dirayakan. Semua anggota keluarga pasti akan tersenyum lebar penuh bahagia. “Pertanyaannya: Apakah kita mau merayakan setahun Covid-19 menyerang Indonesia dan apakah kita mau merayakannya lagi dan lagi di tahun-tahun mendatang?”

Poin-poin untuk Direnungkan

Covid-19 masih berstatus pandemi, artinya, masih bisa kita lawan bersama. Lawan dengan cara sederhana yakni 5M: mencuci tangan dengan benar, menggunakan masker, menjaga daya tahan tubuh, menerapkan physical distancing dan isolasi mandiri, membersihkan rumah dan melakukan disinfeksi secara rutin.

Lima cara sederhana dan murah meriah ini pasti bisa kita terapkan dan pasti covid akan selesai. Kita berusaha jangan sampai penyakit ini masuk status endemi, yang artinya tidak ada solusi lagi untuk membunuh penyakit berbahaya ini. Layaknya jamur yang hidup di musim penghujan dan akan muncul setiap harinya dan bersarang di tubuh manusia.

Jika kita tidak mengikuti protokol kesehatan, maka Covid-19 ini perlahan-lahan akan mengahancurkan sendi-sendi kehidupan yang sudah kita bangun berabad-abad lamanya, merubah semua tatanan kehidupan.
Dunia ini akan berubah. “Pertanyaannya: apakah kita sudah siap menghadapi tatanan baru tersebut?”

“Setelah saya divonis positif covid 19, saya menjadi sadar bahwa penyakit ini memang ada dan berbahaya. Gejala yang ditimbulkan berupa hilangnya indra penciuman alias tidak merasakan bau dan itu sangat sengsara. Puji Tuhan setelah melewati masa karantina mandiri 14 hari di dirumah, saya dinyatakan sembuh setelah melakukan rapid antigen lagi. Ini salah satu contoh kasus penyakit covid 19 yang saya sendiri alami.”

Stigma Covid 19

Anggapan masyarakat terhadap seseorang yang positif Covid-19 membuat penyakit ini semakin lebih berbahaya. Hal itu dikarenakan pasien Covid-19 akan dikucilkan dari komunitas yang berdampak pada gangguan psikologis pasien.

Mari kita sambut Anniversary Covid-19 02 Maret 2021 mendatang: bukan untuk dirayakan melainkan sebagai lonceng yang ditabuh untuk membangkitakan kesadaran kita akan bahaya Covid-19 dan akan pentingnya penerapan protokol kesehatan.

Ayo bersama kita berantas Covid-19 mulai dari sekarang.
Stop Paranoid!

*) Marianus Heronimus, Penulis merupakan staf di Koperasi Obor Mas, Maumere Sikka. Penulis bisa dihubungi melalui email: Marianusheronimus@gmail.com, atau Channel Youtube: Herozt Channel, Fb. Herozt Channel atau Fanpage:Share your’e yotube video. Marianus Heronimus.