Jakarta, BULIR.ID – Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur memakan ratusan korban. Kerusuhan pecah usai laga liga 1 BRI mempertemukan Arema kontra Persebaya Surabaya dalam derbi Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022 malam.
Tercatat 125 suporter Arema meninggal dunia akibat kejadian itu. Salah satu korban diketahui merupakan warga Flores Timur (Flotim) NTT, Philip Kumanireng berumur 23 tahun.
Ia merupakan anak dari Daniel Kumanireng, warga Desa Serenuho, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flotim. Almarhum selama ini menetap bersama kedua orang tuanya di Malang, Jawa Timur dan sering kembali ke kampung halaman ketika musim libur.
Nonggi, salah satu mahasiswa Flotim yang berada di Malang membenarkan informasi itu. Ia mengaku sempat melayat ke rumah korban di jalan Simpang Mega Mendung, Kelurahan Gadingasri, Kecamatan Klojen, Malang.
Nonggi dihubungi dari Kupang, Selasa 4 Oktober 2022 malam, menjelaskan korban selama ini tinggal di Malang. Saat kejadian memang korban ikut menonton laga ‘panas’ tersebut.
“Kemarin saya ada ke rumahnya. Ke rumah duka jadi bapanya bilang mereka ada tiga orang pergi nonton. Dia (almahrum), pacarnya dan adik laki-lakinya,” jelasnya.
Saat kejadian, ketiganya masih dalam satu posisi. Namun, ketika adanya tembakan gas air mata, kekasih dari Philip ikut terkena gas air mata.
Niatnya, lanjut Nonggi, almarhum ingin menolong calon tunangannya itu. Karena banyaknya orang di sekitar area tribun, akhirnya Philip ikut terjatuh lalu diinjak oleh suporter lainnya. Bahkan, adik laki-lakinya terpisah dari Philip.
Oleh adik dari Philip, mengabarkan kepada keluarga kalau Philip dan kekasihnya sudah dilarikan ke rumah sakit akibat kejadian tersebut.
Di rumah sakit, kata Nonggi, kabar duka diterima keluaraga menyebut Philip dan pacarnya sudah tidak lagi bernyawa. Keduanya meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.
“Kalau adik laki-lakinya itu sampai sekarang matanya agak biru dan tangan sakit. Mereka dua calon pasangan ini yang meninggal,” tuturnya.
Kedua korban, menurut Nonggi, telah dimakamkan pada Minggu 2 Oktober 2022 di Malang, Jawa Timur pukul 04.00 WIB.
Nonggi juga mengaku kalau saat kejadian dirinya berada di lokasi. Namun, ia terlebih dahulu keluar sebelum kerusuhan meluas.
Ia bercerita bahwa dirinya keluar melewati pintu di tribun 13 bersama dengan penonton lainnya. Saat berada di luar stadion, ia sempat mendengar letusan besar.
Karena takut, Nonggi kemudian meninggalkan Stadion Kanjuruhan dan bergegas kembali ke kosannya. Dua jam dari tempat kejadian, ia baru mendapat informasi tentang adanya korban meninggal dunia akibat kejadian nahas tersebut.
“Pada saat main baik. Tidak kaco-kaco. Habis main ada dua orang suporter lari ke dalam lapangan, mereka bermaksud karena rasa kecewa dengan tim karena kalah. Tapi polisi langsung hadang mereka jadi mereka itu kembali lagi. Terus mereka maju ulang, polisi sudah tidak bisa lagi akhirnya ada gas air mata itu,” ujarnya.
Nonggi juga memperoleh informasi, selain salah satu korban dari Flores Timur, ada juga korban lainnya yang berasal dari NTT. Ia tidak tahu persis asal dari korban warga NTT itu.*