Tabur, BULIR.ID – Dosen tamu Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (SESKO AL) menyampaikan ucapan selamat atas ulang tahun Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) ke-76 yang jatuh pada hari ini 10 September 2021.
Dewan Redaksi Media Bulir.id ini juga mendoakan TNI AL agar semakin jaya di tambahan usianya ke-76 dalam menjaga kedaulatan laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai ancaman dari luar yang merugikan Indonesia.
“Dirgahayu ke-76 TNI AL. Semoga TNI AL semakin jaya menjaga kedaulatan NKRI di wilayah laut dari berbagai ancaman-ancaman dari luar,” kata Asri Hadi di Jakarta, Jum`at (10/9/21) pagi.
Penerima penghargaan bintang tanda jasa Satyalancana Dwidya Sistha dari KASAL tahun 2009 ini mengatakan luas wilayah laut Nusantara yang melebihi wilayah darat membuat tugas TNI AL semakin berat.
Hal ini membuat ancaman terhadap NKRI melalui jalur laut sangat terbuka. Sehingga keberadaan TNI AL memegang peran sangat vital dalam menjaga kedaulatan NKRI dari ancaman-ancaman yang mungkin saja terjadi.
“Keberadaan TNI AL dalam menjaga wilayah laut NKRI sangat vital. Terutama untuk menciptakan situasi kondusif di wilayah laut dalam menjaga ancaman-ancaman luar yang mungkin saja terjadi lewat jalur laut,” tutur Asri Hadi.
Sekilas Sejarah TNI AL
Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, setelah masa awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia, administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut).
BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) pada masa penjajahan Belanda dan Kaigun pada masa pendudukan Jepang.
Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya.
Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu.
Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia.
Di samping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya.
Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.
Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas `Frosch`, dan Penyapu Ranjau kelas Kondor.
Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas.
Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.*