Ini Poin-poinnya! Prof Nurliah Nurdin Jadi Penanggap dalam Acara Peluncuran dan Dialetika Buku “Kepemimpinan Pemerintahan”

0

Jakarta, BULIR.ID — Launching buku “Kepemimpinan Pemerintahan” yang diterbitkan oleh Publisher Eureka Media Aksara sukses dilaksanakan dengan menyelenggarakan acara bertajuk “Peluncuran dan Dialektika Buku Kepemimpinan Pemerintahan” dan menghadirkan empat penulis buku dari total 21 penulis buku tersebut di antaranya ada Prof. Dr. Muhadam Labolo, M.Si., Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA., Bapak Muhammad, dan Bapak Leo Agustino, Ph.D.

Acara peluncuran yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta itu turut dimeriahkan dengan dialektika yang menghadirkan para ahli di bidang kepemimpinan dan pemerintahan. Hadir Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA dan Dr. Akbar Faizal, M.Si yang diundang sebagai penanggap dan pembahas Buku Kepemimpinan Pemerintahan. Kegiatan yang diselenggarakan oleh MIPI ini disambut dengan hangat oleh Ketua Umum MIPI yaitu Dr. Drs. Bahtiar, M.Si.

Prof. Dr. Ryaas Rasyid selaku Ketua Dewan Penasehat MIPI ikut andil menjadi Pembicara Kunci pada acara Peluncuran Buku Kepemimpinan Pemerintahan. Pembacaan laporan dari Sekretaris Jenderal MIPI Dr. Baharuddin Thahir, S.Sos., M.Si, juga ikut menjadi bagian dalam agenda pembuka kegiatan launching siang ini. “Buku ini bertujuan memberikan wawasan keilmuan tentang kepemimpinan pemerintahan yang dengan pemahaman itu diharapkan dapat memberikan kontribusi kognitif bagi pemerintah, masyarakat, dan pembelajar pemerintahan,” ungkap editor MIPI.

Dialektika diawali dengan pembahasan masing-masing tulisan oleh Prof. Muhadam yang berjudul ‘Menata Ulang Rekrutmen Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia’, Prof. Siti Zuhro dengan tulisannya yang berjudul ‘Demokrasi, Kepemimpinan dan Pemerintahan Indonesia Era Digital’, dan Bapak Leo Agustino dengan judul tulisan ‘Kepemimpinan Sub-Nasional dan Regional Development: Komparasi Tiga Gubernur’ yang kemudian ditanggapi oleh Prof. Nurliah Nurdin dan Bapak Dr. Akbar Faizal.

Dalam tanggapan awalnya, Prof. Nurliah mengungkapkan teori terbaru kepemimpinan yang di antaranya adalah Kepemimpinan Adaptif, Kepemimpinan Otentik, dan Kepemimpinan Transformasional, dibandingkan dengan teori lama kepemimpinan yaitu Teori Sifat, Teori Perilaku, Teori Kontingensi, Teori Kepemimpinan Situasional, dan Teori Kepemimpinan Transaksional.

Tanggapan berikutnya dari Prof. Nurliah Nurdin adalah masalah kepemimpinan di Indonesia yaitu maraknya korupsi yang masih menjadi masalah utama serta tantangan besar di tingkat birokrasi, ketimpangan ekonomi yang menyebabkan kesenjanganan antara kelompok kaya dan kelompok miskin, birokrasi yang rumit dan lambat, kurangnya visi jangka panjang dimana kebijakan dan keputusan dibuat berdasarkan kepentingan jangka pendek, ketergantungan pada tokoh sentral, dan juga permasalahan lingkungan hidup seperti yang setiap hari dialami masyarakat yaitu polusi, dampak perubahan iklim, dan deforestasi di beberapa daerah di Indonesia.

Prof. Nurliah juga memaparkan perbedaan nilai pemimpin di negara maju vs. negara berkembang yang dinilai dari orientasi hasil dan proses, kepemimpinan berbasis teknologi, partisipasi dan keterbukaan, visi jangka panjang vs. visi jangka pendek, dan kepedulian terhadap isu sosial.

Tulisan Bapak Leo Agustino ditanggapi Prof. Nurliah dengan menekankan aspek penting kepemimpinan sub-nasional, diantaranya adalah desentralisasi dan otonomi daerah, peran pemimpin dalam pembangunan ekonomi lokal, penguatan kapasitas pemerintah daerah, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan wilayah tertinggal.

Untuk tulisan Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Prof. Nurliah Nurdin menanggapinya dengan penjelasan syarat kepemimpinan demokrasi di era digital. Menurutnya, beberapa syarat keberhasilan kepemimpinan di era digital adalah terciptanya transparansi dan akuntabilitas, keterbukaan terhadap teknologi, partisipasi aktif dari publik, kompetensi digital, keamanan privasi, kebijakan inklusif, adaptif dan responsif, etika dan integritas digital, kebijakan berbasis data, kemampuan berkomunikasi dengan baik, menciptakan kolaborasi dengan berbagai pihak, serta kebebasan berbicara dan mengakses informasi dari mana saja.

Mengakhiri pembahasan, Prof. Nurliah Nurdin memberikan catatan terhadap tulisan Prof. Dr. Muhadam dengan mengungkapkan rekrutmen kepemimpinan perlu dilakukan berbasis kompetensi, dimana prosesnya dilakukan secara transparan dengan menggunakan teknologi digital, melihat evaluasi kinerja dari calon pemimpin.

Untuk calon pemimpin itu sendiri perlu memiliki komitmen, nilai etika, dan integritas tinggi serta tidak pernah terlibat korupsi. Poin penting-nya adalah pengembangan budaya meritokrasi, pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan dan prestasi, bukan karena kedekatan politik apalagi hubungan keluarga (penilaian objektif berdasarkan kinerja terdahulu dan berkelanjutan).

Panel ini kemudian diakhiri dengan diskusi dan sesi tanya jawab antara penulis buku, penanggap, dan audiens yang hadir dalam kegiatan peluncuran buku Kepemimpinan Pemerintahan. Buku Kepemimpinan Pemerintahan diharapkan tidak hanya menjadi referensi tetapi juga acuan penting bagi para pemimpin pemerintahan, calon pemimpin, serta akademisi yang tertarik mendalami kajian tentang kepemimpinan efektif dalam konteks pemerintahan.