Tawa, BULIR.ID – Setelah dilantik dan diambil sumpah menjadi presiden, Gus Dur dikerubungi dan diberondong banyak wartawan. Salah satu isu seksi di antaranya adalah terkait hubungan idiologi negara yakni Pancasila dengan mayoritas umat islam di negeri ini.
“Gimana menurut Gus Dur terutama para sesepuh agama dan Kiai?” tanya wartawan.
“Menurut siapa dulu nich! NU apa kiai Muhamadiyah,” jawab Gus Dur balik bertanya.
Wartawan serentak “menurut kiai NU dulu deh!”
“Kalau kiai NU sepakat bahwa Negara itu sekedar Wasilah alias perantara, bukan Ghayah alias tujuan akhir. Jadi pancasila sangat dibutuhkan dan kompatibel dengan Alkitab alquran.
“Ok,” kata para wartawan. “Kalau menurut organisasi muhamadiyah, gimana Gus?”
” Ya sama!” Kata Gus dur dengan enteng
“Kalau melawan Pancasila, gimana Gus!” kejar kuli tinta lagi
“Menurut siapa dulu nih? NU apa MU!” balik Gus Dur bertanya.
“Ya sudah menurut Muhamadiyah dulu deh,” gantian kejar wartawan.
” Islam sangat mengutuk orang-orang yang mengingkari perjanjian dan kesepakatan, makanya Ormas muhamadiyah sangat mengecam maraknya aksi-aksi terorisme! ”
Kalau menurut Ormas NU, Gus?”kKejar wartawan
“Ya sama!” Jawab Gus Dur enteng.
Merasa dikerjain Gus Dur habis-habisan, para wartawan mulai jengkel.
“Kalau NU dan muhamadiyah selalu jawabannya sama, kenapa kami harus ditanya pendapat terlebih dahulu Gus?”
“Lah kita tidak boleh serampangan dalam mengurus negara dan mendengar para sesepuh pendiri Ormas agama!”
“Serampangan gimana,” kejar wartawan lagi
“Ya kita harus merujuk bahwa muhamadiyah ajarannya harus mengikuti dan merujuk kepada baginda Rasulullah, mas!”
“Lah kalau NU, Gus?”
“Ya sami mawon mas.”
