“Terlantun Sebuah Nama,” oleh Gerard N Bibang

0

*Untuk Ibuku

cintaku selalu terlantun kepada sebuah nama
dari pagi hingga pagi lagi
melumerkan rindu yang merembes dalam sukma
betapa lucunya rinduku didengarkan oleh semesta di langit tinggi
dalam hitungan hari bahkan jam, cintaku acapkali berganti rupa
oh aku malu, aku malu, gumamku sendiri

nama yang terlantun itu ialah ibuku
abadi dalam sanubari tak lekang oleh waktu
yang kalau aku menangis lara
ibuku-lah yang meneteskan air mata
dan Tuhan-ku yang mengusapnya
kalau tangis laraku datang dan pergi tiada habis-habisnya

ibuku adalah rahim yang menglirkan rahmat
yang tatkala ia mengerang derita dalam kesendirian
para malaikat menjelmakan butiran-butiran air matanya
dan cahaya yang memancar dari airmatanya silau kepadaku
tapi Tuhan-mengolah semuanya menjadi hiburan baginya
tetes air mataku yang banyak-banyak itu segera berubah wujud
maka aku berjanji jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupku
sehingga kelak Tuhan tidak melarang malaikat tatkala membuka pintu surga bagiku dan Santo Petrus memelukku dengan sukacita
lalu kami semua tertawa bahagia

ibuku adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
tapi menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya
penuh maaf dan ampun
kasih sayangnya selalu berkilau
adalah cahaya tanpa pernah padam
menerangi dan mengenalkan aku kepada Tuhan
*
(gnb:tmn aries:jkt:rabu:22 sept ’21)

Gerard N Bibang

*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.