Tilik, BULIR.ID – Mantan Bupati Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Deno Kamelus meninggal dunia di Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT pada Selasa (6/4) malam lalu.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir di ICU rumah sakit itu pukul 22.45 Wita, Deno dilarikan ke RS Siloam Labuan Bajo setelah kondisinya parah. Ia dikabarkan menderita sakit yang serius sejak sebulan lalu.
Deno meninggal dunia pada usia 61 tahun. Ia merupakan mantan akademisi Universitas Nusa Cendana Kupang yang kemudian terjun ke dunia politik melalui Partai Amanat Nasional (PAN).
Ia dua kali menjadi Ketua DPD PAN Manggarai. Suami dari Yenny Veronica ini mencapai puncak karir politiknya dengan menjabat Bupati Manggarai periode 2015-2020.
Ketiak itu, Ia berpasangan dengan Wakil Bupati Victor Madur. Sebelumnya, ia menjabat Wakil Bupati Manggarai pada periode 2005-2010 dan periode 2010-2015 mendampingi Christian Rotok sebagai Bupati.
Berikut adalah pidato yang dibacakan Bupati Kabupaten Manggarai 2021-2026 Hery G. Nabit berjudul ” Eksodus dan Hijrah: Jalan Utama Kamelus Deno”
Pidato ini dibacakan di aula kantor bupati Manggarai, Jum’at 9 April 2021 pagi seusai misa requiem di kathedral Rumah Ruteng.
JIKALAU kematian adalah kritik kepada kehidupan, maka kematian Deno Kamelus adalah kritik bagi kita bahwa hidupmu dan hidupku sesungguhnya adalah sebuah EKSODUS, adalah SEBUAH HIJRAH menuju ibunda kehidupan.
Eksodus, karena dia keluar dari kepentingan dirinya sendiri menuju pengabdian sehabis-habisnya bagi ase kae Manggarai. Untuk itu dia harus HIJRAH, harus BERJALAN, TIDAK TERPAKU NYAMAN DAN AMAN HANYA PADA SATU TEMPAT. Selalu berjalan dan berjalan!
Kamelus meninggalkan kemapannnya di Kupang. Apa yang kurang, tidak ada! Dia seorang doktor ilmu hukum. Dicatat sebagai dosen berprestasi. Memiliki istri dan empat orang anak. Yah, apa yang kurang? Tidak ada!
Tapi dia memilih eksodus, dia hijrah ke ibundanya, yaitu tana dading Manggarai. Tentu ini keputusan berani yang akhirnya saya sendiri pahami setelah menyaksikan keikhlasannya membangun Kabupaten Manggarai. Yaitu, keberanian karena etos eksodus, yaitu selalu mencari dan menemukan yang terbaik bagi tana dading, ibunda kehidupan.
Bukankah ini sebuah kayakinan dasar yang adalah sebuah panggilan luhur sebagai seorang ahli waris bumi Manggarai? Bukankah ini adalah tujuan anak-anak Manggarai yaitu membahagiakan ibunda yang memberinya kehidupan?
Benar, bahwa Kamelus eksodus ke Manggarai untuk sebuah kompetisi dan pertarungan politik. Tapi saya yakin, semua itu dilakukannya HANYA sebagai SARANA untuk memberikan yang terbaik bagi tana dading Manggarai.
Saya yakin dia sama sekali tidak TERJEBAK dalam dalam kurungan peradaban di mana dia meng-IMANI sebuah kehebatan, di mana dia bertengkar memperebutkan kekuasaan, mentuhankan harta benda, bersimpuh kepada kemenangan, serta memompa-mompa diri untuk mencapai suatu keadaan yang dia sangka keunggulan.
Penglaman bergaul dan bekerja serta berkompetisi bersamanya, saya akhirnya yakin, dia tidak pernah berjuang atau berkompetisi untuk hal yang dia sangka atau duga keunggulan.
Dia sangat yakin akan kebaikan untuk ibunda kehidupan. Maka tak pernah ia terjebak pada peradaban tadi.
Oleh karena itu, Kamelus bagi saya, baik sebagai bupati maupun sebagai adiknya, adalah seorang yang bukan saja ahli dalam ilmunya tetapi VISIONER kehidupan dalam mencari jalan bersama menuju kebaikan dan kebenaran.
Bagi saya, kepergiannya yang mengejutkan ini, adalah pesan untuk melihat inti hidup kita sebagai warga masyarakat Kabupaten Manggarai. Ialah selalu eksodus dan berhijrah pada setiap tingkat dan bidang kehidupan, pada setiap tugas apa pun yang dilakukan. Untuk mengerti bagaimana menghormati keindahan yang sebenarnya. Untuk memberikan perhatian yang jujur kepada apa yang paling utama, yaitu yang ROHANI, dengan menjunjung tinggi kebaikan dan percaya kepada kebenaran. BUKAN kepalsuan dan kebohongan!
Dua kali berkompetisi politik dengannya meyakinkan saya akan hal-hal ini. Tiada sedikitpan terluka dari seluruh kompetisi kami, layaknya dua saudara yang bermain sungguh-sungguh menuju kebaikan ibunda kehidupan. Kami tidak terluka karena kami bersatu dalam tujuan. Yaitu kebaikan dan kesejahteraan tana kuni agu kalo, sang ibunda kehidupan, Manggarai.
Inilah JALAN UTAMA yang diwariskan Kamelus bagi saya selaku bupati maupun selaku adiknya dalam kehidupan ini dan warisan untuk kita orang Manggarai.
Mungkin bisa multitafsir atas jalan utama ini. Bisa pengutamaan akal dan budi, bukan menomersatukan pencapaian kekuasaan, kesejahteraan ekonomi atau kemasyhuran nama. Bisa juga jalan utama adalah “berbadan sehat, berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berpikiran bebas”, atau apapun yang intinya memaksimalkan peran kemanusiaan untuk fungsi menjadi BERGUNA bagi sesama dan alam semesta”.
Tapi bagi saya jelas: JALAN UTAMA KAMELUS BAGI MANGGARAI INI IALAH EKSODUS DAN HIJRAH.
Di atas JALAN UTAMA itu, Kamelus adalah seorang sahabat yang baik, seorang teman diskusi yang mencerahkan, seorang kakak yang dengan cara dan gayanya tersendiri membimbing dan mengarahkan.
Di atas segala-galanya dia adalah seorang manusia yang memiliki keluasan jiwa yang menempatkan siapa pun dalam hatinya sebagai ase ka’e, saudara dan saudari, dalam bergandengan tangan menuju kebaikan bersama bagi ibunda kehidupan.
Saya kira inilah juga salah satu alasannya mengapa ia tetap memilih Manggarai dan tidak kembali ke Kupang sebagai hingga akhir hijrahnya Selasa lalu.
Ka’e daku Kamelus, lako di’a-dia ngger le Mori’n. Dengan air mata terurai saya, atas nama saudara saudarimu sekabupaten Manggarai, melepasmu pergi. Toe manga mata dite ta, ka’e! Engkau abadi dalam hati kami, ase kae Manggarai. Engkau abadi di bumi Manggarai. Terimakasih berlimpah untuk cinta-mu bagi tanah dading Manggarai.
Begitu indahnya JALAN UTAMA yang engkau tinggalkan, maka atas nama rakyat Manggarai, saya memohon doamu sekaligus izinmu agar kami dikuatkan untuk membuktikan bahwa keindahan sesungguhnya adalah BERBUAT BAIK dengan meniti JALAN UTAMA tiada henti hingga kami mati.
Sampai berjumpa lagi di surga kelak. Amin.
Saya Hery G. Nabit, Bupati Kabupaten Manggarai.