Memahami Filsafat Heraclitus Tentang Perubahan

0

FILSAFAT, Bulir.id – Heraclitus, seorang filsuf Yunani kuno, pernah menulis demikian “Anda tidak dapat melangkah ke sungai yang sama dua kali. Kita akan mencermati ide-idenya di balik pernyataannya terkenal ini untuk melihat seberapa relevan pernyataan tersebut terhadap kehidupan saat ini.

Dikenal sebagai “Filsuf yang Menangis”, Heraclitus terkenal karena kepercayaannya pada perubahan. Ini adalah gagasan bahwa segala sesuatu di alam semesta terus berubah. Ia mengatakan, “semuanya mengalir”, yang berarti tidak ada yang tetap sama, semuanya selalu bergerak. Dunia kita adalah proses berkelanjutan di mana perubahan bersifat konstan.

Pernyataan Heraclitus, “Anda tidak dapat melangkah ke sungai yang sama dua kali,” dapat dipahami melalui metafora sungai. Saat Anda melangkah ke sungai, Anda berinteraksi dengan air yang akan segera mengalir ke hilir. Jika Anda pergi dan kembali beberapa menit kemudian, airnya akan berbeda. Transformasi yang terus berlangsung ini mirip dengan kehidupan itu sendiri, terus berubah dan diperbarui.

Pandangan Heraclitus sangat kontras dengan sudut pandang filsuf lainnya, termasuk sudut pandang Parmenides . Parmenides berpendapat bahwa segala sesuatu tidak berubah dan perubahan itu sendiri adalah kekeliruan. Sementara Parmenides mencari sesuatu yang permanen di balik layar, Heraclitus dengan senang hati mengakui perubahan sebagai bagian penting dari kehidupan.

Gagasan ini menantang kita untuk memikirkan kembali cara kita memandang stabilitas dan kekekalan. Apakah itu fatamorgana? Gagasan ini juga meminta kita untuk mengakui dan menyesuaikan diri dengan perubahan tanpa henti yang membentuk dunia dan diri kita sendiri.

Kesatuan dari Hal-hal yang Berlawanan

Filsafat Heraclitus dapat disimpulkan melalui gagasannya tentang “kesatuan hal-hal yang berlawanan.” Ia berpendapat bahwa hal-hal yang berlawanan tidak hanya saling terhubung tetapi juga diperlukan agar satu sama lain dapat eksis.

Bagi Heraclitus, hal-hal yang berlawanan bagaikan dua sisi mata uang. Mereka saling mendefinisikan dan melengkapi. Hidup dan mati, siang dan malam, perang dan damai. Pasangan-pasangan yang berlawanan ini berjalan beriringan. Masing-masing tidak akan berarti tanpa yang lain.

Kita tidak akan tahu apa itu cahaya jika tidak ada kegelapan. Kegembiraan tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak pernah merasakan kesedihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat contoh-contoh gagasan kesatuan yang berlawanan ini. Pikirkan tentang bagaimana ketenangan melengkapi aktivitas. Setelah Anda bekerja keras sepanjang hari, Anda tidak hanya ingin beristirahat, Anda perlu melakukannya.

Atau bagaimana terkadang, dari pengalaman yang sulit atau menantang, Anda memperoleh kekuatan atau wawasan baru. Seolah-olah perjuangan sebenarnya mengandung keberhasilan atau setidaknya benih-benih keberhasilan.

Gagasan ini sangat sesuai dengan analogi Heraclitus yang terkenal tentang sungai. Sungai, yang terus berubah, melambangkan perjalanan hidup, di mana stabilitas dan ketidakstabilan serta kekekalan dan perubahan berinteraksi secara terus-menerus. Sama seperti aliran air itu sendiri yang berubah setiap saat, kita pun berubah oleh kekuatan-kekuatan yang berlawanan yang pasang surut.

Heraclitus berpendapat bahwa, jauh dari saling bertentangan, hal-hal yang berlawanan sebenarnya bersatu dan mengatur dunia di sekitar kita. Jika kita dapat menerima konsep ini (meskipun tampaknya bertentangan), maka kita dapat mulai memahami apa arti sebenarnya dari kehidupan kita sendiri pada tingkat yang lebih dalam.

Sungai sebagai Metafora Kehidupan

Sekali lagi, kehidupan dapat dibandingkan dengan sungai karena sungai selalu bergerak dan berubah. Ia mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini terus berubah, seperti air di sungai dan perubahan itu sendiri adalah satu-satunya hal yang benar-benar dapat kita pastikan.

Gambaran Heraclitus tentang sungai membantu kita memahami bagaimana manusia mengalami waktu yang berlalu. Terkadang kita bahagia. Terkadang kita sedih. Terkadang, segala sesuatunya berjalan baik bagi kita. Di lain waktu, semuanya tidak berjalan baik.

Namun, apa pun suasana hati atau situasi kita, kita dapat yakin bahwa suasana hati dan situasi itu tidak akan tetap sama dalam waktu lama. Sama seperti air yang mengalir di sungai, aspek-aspek kehidupan kita selalu berubah dan bergeser.

Dengan menganggap kehidupan bagaikan sungai yang mengalir tanpa henti dan tidak pernah terlihat sama persis dari satu saat ke saat berikutnya, Heraclitus menyarankan agar kita menerima keadaan perubahan yang terus-menerus ini daripada melawannya.

Dalam filsafat, metafora sungai mempertanyakan gagasan bahwa segala sesuatu bersifat permanen. Ini menyiratkan bahwa apa pun yang kita anggap stabil sebenarnya tidak. Segala sesuatu di sekitar kita dan di dalam diri kita selalu dapat berubah. Namun di tengah semua perubahan ini, ada juga kesinambungan. Meskipun tidak pernah sama dari satu momen ke momen berikutnya, kita tetap menyebutnya “sungai”.

Begitu pula dengan kehidupan kita. Jika kita memahami pemikiran Heraclitus dengan benar, ia berpikir kita akan berhenti terganggu oleh fluktuasi yang konstan dan melihat bagaimana perubahan dan kekekalan dapat dinilai sekaligus. Dengan kata lain, keduanya tidak saling mengecualikan.

Peran Persepsi dalam Memahami Perubahan

Menurut Heraclitus, persepsi adalah kunci bagaimana kita memahami dan mengalami dunia. Persepsi kita membentuk realitas. Ini berarti bahwa perubahan itu sendiri terasa berbeda bagi setiap orang karena sifatnya yang subjektif.

Pepatah terkenal, “Anda tidak akan pernah menginjak sungai yang sama dua kali,” tidak hanya tentang air. Pepatah ini merujuk pada bagaimana orang berinteraksi dengan hal-hal yang mereka lihat sebagai sesuatu yang berubah. Sungai terus mengalir dan berubah begitu pula kita. Setiap detik mengubah pikiran, perasaan, dan indra kita, yang semuanya membantu membentuk cara kita menerima sesuatu.

Karena perubahan terasa berbeda bagi setiap orang yang mengalaminya sesuatu yang ingin disampaikan Heraclitus saat ia berbicara tentang persepsi yang membentuk realitas, dua individu mungkin tidak selalu melihat suatu peristiwa atau objek dengan cara yang sama.

Salah satu contohnya adalah musim. Sementara satu orang melihat musim sebagai pembawa kehidupan baru (yang memang demikian), yang lain lebih berkonsentrasi pada hilangnya kehangatan jika mereka tinggal di tempat yang cukup dingin atau bersalju.

Pikirkan tentang bagaimana Anda melihat sesuatu secara berbeda saat Anda sedang dalam suasana hati yang baik atau buruk di suatu tempat yang Anda kenal baik. Sebuah taman pada hari yang cerah dapat tampak penuh kehidupan dan warna. Namun jika cuaca mendung dan hujan, taman yang sama dapat terasa membosankan dan menyedihkan.

Tidak ada yang berubah dari taman itu hanya cara pandang Anda terhadapnya. Dengan kata lain, bagaimana segala sesuatu tampak bagi Anda (persepsi Anda) dipengaruhi oleh perasaan Anda saat itu (kondisi pikiran Anda).

Heraclitus ingin kita memahami bahwa apa yang kita rasakan tidaklah tetap. Ia selalu berubah seperti sungai. Memahami hal ini membantu kita lebih menghargai bagaimana kita mengalami dunia di sekitar kita dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya.

Pengaruh Heraclitus pada Pemikiran Filsafat Selanjutnya

Konsep Heraclitus telah memengaruhi filsafat secara signifikan selama berabad-abad dan tidak hanya para pemikir dari era lampau seperti Nietzsche dan Plato. Ketika filsuf Yunani itu menulis bahwa seseorang tidak dapat melangkah ke sungai yang sama dua kali, ia menunjukkan fakta tentang alam: segala sesuatu terus bergerak sepanjang waktu.

Plato tidak selalu setuju dengan Heraclitus, tetapi ia juga merasa bahwa perubahan merupakan bagian penting dari kehidupan. Dalam dialog tertulisnya, pemikir kuno itu menyelidiki bagaimana sesuatu bisa bersifat statis (konstan) dan bergerak (berubah).

Jawabannya adalah apa yang sekarang kita sebut sebagai ” Teori Forma “. Jika Anda melihat dunia di luar indra kita, Plato berpendapat bahwa ada stabilitas. Dalam pengalaman sehari-hari di dunia ini, tidak ada yang stabil bahkan untuk sesaat, semuanya selalu berubah (ide ini memiliki beberapa kesamaan dengan aspek filsafat Timur ).

Nietzsche, di sisi lain, menganut filsafat Heraclitus dan melihatnya sebagai cikal bakal gagasannya sendiri tentang pengulangan abadi dan sifat kehidupan yang dinamis.

Ia mengagumi Heraclitus karena menolak pandangan statis dan tetap tentang realitas dan sebaliknya merangkul sifat keberadaan yang kacau dan terus berubah. Bagi Nietzsche, metafora Heraclitus tentang sungai menggambarkan perayaan vitalitas dan ketidakpastian hidup.

Jadi, gagasan tentang perubahan yang pertama kali dieksplorasi secara sistematis oleh Heraclitus telah menjadi dasar bagi filsafat Barat. Gagasan ini telah membuka jalan bagi penyelidikan selanjutnya tentang hakikat realitas, identitas, dan waktu.

Relevansi

Dalam dunia yang serba cepat saat ini, filsafat Heraclitus tentang perubahan yang konstan seperti yang diungkapkan dalam pepatah terkenal ini dapat membantu kita mengatasi kompleksitas. Seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, kehidupan sehari-hari melibatkan perubahan terus-menerus dalam teknologi, hubungan, dan banyak hal lainnya.

Pikirkan tentang seberapa cepat teknologi berevolusi: munculnya cara-cara baru dalam melakukan sesuatu dapat mengguncang seluruh industri, jadi kita harus beradaptasi dan belajar. Kita mungkin merasa harus berenang sekuat tenaga hanya untuk tetap diam. Menolak atau berpegang teguh pada cara berpikir yang sudah ketinggalan zaman ketika segala sesuatu bergerak begitu cepat dapat berarti tertinggal sama sekali.

Sebaliknya, para pengikut Heraclitus menyambut keadaan ini sebagaimana adanya: tidak mengkhawatirkan atau disesalkan sama sekali setelah Anda memahaminya (sejauh mungkin), tetapi justru merupakan peluang bagus untuk ekspansi pribadi yang disamarkan sebagai pergolakan.

Dalam kehidupan pribadi, hubungan, dan karier kita sering kali mengalami fase transformasi. Dengan menerima bahwa perubahan tidak dapat dihindari, kita dapat menghadapi transisi ini dengan ketahanan dan pikiran terbuka, alih-alih perlawanan.

Kemampuan beradaptasi ini memungkinkan kita untuk berkembang di tengah ketidakpastian, mengubah tantangan potensial menjadi peluang untuk perbaikan diri. Memahami filsafat Heraclitus mendorong kita untuk melihat perubahan sebagai bagian alami dan penting dari kehidupan.

Kesimpulan

Heraclitus, salah satu filsuf Yunani Kuno, pernah berkata bahwa mustahil untuk melangkah ke sungai yang sama dua kali. Yang ia maksud adalah bahwa perubahan itu konstan, segala sesuatu terus bergerak sepanjang waktu.

Ia menggunakan contoh sungai karena sungai selalu terlihat sama tetapi sebenarnya tidak: pikirkan bagaimana air mengalir dan menggerakkan benda-benda. Idenya berlaku untuk setiap bagian kehidupan karena tidak ada yang tetap diam.

Heraclitus juga beranggapan bahwa hal-hal yang berlawanan terikat bersama; dan memahami hal ini membuat kita mengerti apa sebenarnya kehidupan itu.

Dengan mengikuti arus ketimbang menginginkan segala sesuatunya tetap seperti apa adanya atau mencoba mengendalikannya terlalu keras, kita dapat mengatasinya dengan lebih baik saat keadaan berubah. Kita menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana.

Sederhananya, jangan terlalu khawatir tentang apa yang mungkin berubah di masa depan. Sebaliknya, terimalah bahwa sesuatu akan terjadi (karena semuanya selalu terjadi) dan manfaatkan fakta ini saat Anda menjalani hidup.*