Jakarta, BULIR.ID – Dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke Turki, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Presiden untuk menyampaikan sambutan utama dalam Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting, yang diselenggarakan di sela-sela Antalya Diplomacy Forum pada awal April 2025.
Pertemuan yang diinisiasi oleh KADIN Indonesia dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK) ini dihadiri oleh lebih dari 50 pimpinan perusahaan dari Indonesia dan Turki. Para pelaku usaha ini mewakili berbagai sektor strategis, termasuk pertahanan, teknologi, konstruksi, infrastruktur, energi, kesehatan, farmasi, manufaktur, pendidikan vokasi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam sambutannya, Menko Airlangga menegaskan pentingnya memperkuat kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Turki, terutama dalam menghadapi tantangan global yang ditandai oleh ketidakpastian dan tren proteksionisme, termasuk dari Amerika Serikat.
“Indonesia dan Turki memiliki potensi ekonomi yang besar dan fundamental yang stabil. Dengan konsumsi domestik yang kuat, kedua negara perlu melangkah ke tahap kerja sama yang lebih konkret,” ujar Airlangga.
Tahun 2025 menjadi penanda 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki. Presiden Prabowo dan Presiden ErdoÄŸan menargetkan nilai perdagangan kedua negara meningkat dari USD2,4 miliar pada 2024 menjadi USD10 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
Guna mendukung pencapaian tersebut, Airlangga mendorong percepatan penyelesaian limited preferential trade agreement (PTA) antara kedua negara. Perjanjian ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menghapuskan hambatan tarif maupun non-tarif pada produk-produk unggulan, dengan proses negosiasi yang lebih cepat.
Deputi Menteri Perdagangan Turki, Ozgur Volkan Agar, menyebut Indonesia sebagai mitra utama Turki di kawasan ASEAN. Turki yang telah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Malaysia dan Vietnam, melihat PTA dengan Indonesia sebagai langkah penting untuk memperkuat hubungan kawasan.
Selain sektor industri, Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki, Ibrahim Yukmali, turut menyoroti potensi perdagangan produk pertanian dan kehutanan. Produk-produk ini dapat menjadi bahan baku untuk industri makanan dan kerajinan di Turki, serta membuka peluang ekspor dari kedua arah.
Yukmali juga mengingatkan bahwa proteksionisme hanya akan menghambat pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global, sehingga kerja sama terbuka dan saling menguntungkan menjadi kunci masa depan.
Turut hadir mendampingi Menko Airlangga dalam forum tersebut adalah Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Duta Besar RI untuk Turki Achmad Rizal Purnama, Dirjen Amerika dan Eropa Kemlu RI Umar Hadi, serta Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Bakrie.*
