Santo Irenaeus dari Lyon, Uskup dan Martir

0

SPIRITUAL, Bulir.id – Irenaeus merupakan salah sat bapa Gereja yang lahir di Asia Kecil kira-kira pada tahun 140. Pendidikannya berlangsung di Smyrna. Ia mengenyam pendidikan di bawah asuhan Santo Polykarpus, uskup dan martir Smirna. Polykarpus merupakan seorang murid Santo Yohanes Rasul.

Kemudian Irenues ditahbisakan menjadi imam dan berkaria di Lyon. Pada tahun 177, timbullah aksi penganiyaan terhadap Kekristenan di Lyon. Uskup kota Lyon, Potinus menjadi korban penganiayaan yang kejam itu.

Irenius diangkat menjadi uskup Lyon menggantikan Potinus. Jabatan tersebut diembannya hingga akhir hayatnya.

Ketika generasi pertama orang Kristen di Galia mundur dari sejarah, Santo Irenaeus yang agung, teolog paling penting di akhir abad kedua, muncul. Salinan karya-karya paling penting Santo Irenaeus bertahan selama berabad-abad, kemungkinan karena ketenaran dan kepentingannya, dan sekarang menjadi teks yang tak tergantikan untuk memahami pikiran seorang pemikir Gereja awal tentang sejumlah hal.

Suara Santo Irenaeus, adalah gema yang paling terakhir dan jauh dari zaman para Rasul. Serupa dengan tulisan-tulisan Santo Yustinus Martir, tulisan Irenaeus mencengangkan dalam membuktikan betapa Gereja awal mengembangkan teologi Katolik sepenuhnya.

Sesuai dengan para teolog lain dari era patristik, Irenaeus lebih fokus pada misteri Inkarnasi, dan Kristus sebagai “Adam Baru,” daripada pada teologi Salib. Dia juga menyebut Maria “Hawa Baru” yang ketaatannya membatalkan ketidaktaatan Hawa.

Tulisan-tulisan Irenaeus terutama mengkritik Gnostisisme, yang menyatakan bahwa kebenaran-kebenaran Kekristenan adalah suatu bentuk pengetahuan rahasia yang terbatas pada segelintir orang terpilih. Satu-satunya pengetahuan yang benar adalah pengetahuan tentang Kristus. Menurut Irenaeus, pengetahuan tersebut dapat diakses publik, dan dikomunikasikan oleh Gereja yang lebih luas, bukan perkumpulan rahasia.

Irenius merupakan salah satu bapa gereja yang mati matian melawan skismatik dan bidat yang terus menerus menyerang gereja. Salah satu karya utama berjudul “Against Heresies.” Pada karya ini ia berusaha melawan para bidat yang menyerang gereja pada saat itu.

Dia mempromosikan otoritas apostolik sebagai satu-satunya panduan yang benar untuk interpretasi yang benar dari Kitab Suci. Dalam pernyataan teologi klasik, Irenaeus secara eksplisit mengutip Uskup Roma sebagai contoh utama otoritas Gereja yang tak terputus.

Irenaeus menggambarkan Gereja sebagai ibu dari semua orang Kristen: “…seseorang harus berpegang teguh pada Gereja, dibesarkan di dalam rahimnya dan diberi makan di sana dari Kitab Suci Tuhan.”

Teologi ini mencatat paradoks yang indah. Sementara dalam keteraturan fisik seorang anak meninggalkan rahim ibunya dan tumbuh semakin terpisah darinya saat dia dewasa, keibuan Gereja memberikan daya tarik yang berlawanan pada anak-anaknya.

Begitu dia memberi kita hidup baru melalui baptisan, ikatan kita dengan Gereja Induk tumbuh semakin kuat dan erat seiring kita dewasa. Kita menjadi lebih bergantung pada sakramen-sakramennya, lebih akrab dengan kehidupan dan pengetahuannya, saat kita tumbuh menjadi dewasa.

Ketika Kaisar Diokletianus (Gaius Aurelius Valerius Diocletianus Augustus Kaisar Romawi 284-305 M) mulai menganiaya orang Kristen, Irenius ditangkap dan dihadapkan kepada Gubernur Pannonia. Ia dipaksa murtad dengan cara membawakan kurban persembahan kepada dewa-dewa Romawi. Bila ia tidak mau murtad, ia akan dianiaya dan dihukum mati. Uskup Ireneus yang saleh dengan tegas menolak perintah sang Gubernur. Katanya kepada Gubernur : “Sengsara ini akan kutanggung dengan gembira supaya aku dapat mengambil bagian dalam sengsara Tuhan ku”.

Jawaban ini membuat ia disiksa dengan kejam. Ibu dan para saudaranya, kerabat dan sahabat-sahabatnya berupaya membujuk uskup muda ini untuk murtad demi menyelamatkan nyawanya. Namun Ireneus dengan tegas menolak untuk murtad dan tetap setia kepada Kristus. Sang Gubernur kemudian menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

Saat digiring ke tempat pelaksanaan hukuman mati, Ireneus sama sekali tidak merasa takut. Ia bahkan membuka sendiri pakaiannya, lalu mengangkat tangannya ke atas sambil memohon agar Yesus datang menjemput jiwanya.

Santo Ireneus Sirmium menerima mahkota kemartirannya dengan dipenggal pada tahun 304 M.*


Santo Irenaeus, semoga syafaatmu memperkuat keinginan kami, mencerahkan pikiran kami, dan memperdalam kepercayaan kami. Sepertimu, kami ingin menjadi putra dan putri Allah yang setia, dan anggota Gereja-Nya yang setia, terpelajar, dan setia. Bantu kami untuk memenuhi tujuan kami yang paling tinggi dan paling mulia. AMIN