Seri ke-11: Bau Tubuh
ada-ada saja yang terjadi setelah ini
ialah ingatan di saat itu, saat perjumpaan pertama
aku ingat bau tubuhmu
dan serentak aku melupakan bau tubuhku
maka setelah ini, aku yakin tidak terbius oleh desiran dedaunan hijau menawan
selembut-lembut terpaannya tapi tidak sampai aku melupakan kenyataan ini
ialah perjumpaan kedua, saat sendiri dan tanpa dirimu
saat aku mengingat suaramu yang merdu berkisah tentang hal-hal sederhana dalam hidupmu
sering aku menghilang dan terjebak dalam cerita-ceritamu
barulah setelahnya aku sadar engkau tidak sedang di depan mataku
dan begitulah setelah ini, akan tinggal dalam diriku ada sesuatu yang akan lama
yang abadi
yaitu membayang-bayang dirimu karena engkau telah diraup waktu
yaitu berpikir semua yang terjadi akan tinggal menjadi narasi
ya, bahkan berpikir semua sudah selesai
tapi mana ada cinta yang mati?
cinta yang sudah dimulai tak akan terhenti
dan tidak akan pernah bisa orang menghentikannya
engkau dan aku pun telah berkata untuk tak akan pernah berhenti mencinta
****
(mei ’21)
Seri ke-12: Dari Timur
semula aku tak tahu siapa dirimu
aku dari utara, kau dari timur
kita adalah dua orang asing yang bertemu
setelah ini, barulah terkuak apa yang senyata-nyatanya
ialah takdir mengharuskan kita untuk tiap hari menterjemahkan keasingan masing-masing
kita mempertengkarkan kata-kata yang tak memahami kita
mungkin ini sebuah jalan alienasi
mungkin juga ini sebuah jalan keluar diri
kita adalah orang asing bagi diri kita sendri
tapi semakin ke sini, setelah ini, makin jelas
cinta tersemai melalui jalan dan cara yang tak terduga
yang tadinya kita sebut jalan alienasi dan jalan keluar diri
ternyata adalah jalan masuk ke dalam jiwa
di sana engkau dan aku, satu
tak tergerus oleh badai dan arus
***
(gnb:jkt:mei ’21)
Seri ke-13:Jejak-jejak Kata
dengan kata, kita berburu hewan liar dari diri kita sendiri
kita kumpulkan jejak-jejak kata demi kata
tapi tidak pernah cukup untuk menjelaskan kepada dunia sekitar tentang siapa kita
hanya dalam bathin masing-masing berkata antara engkau dan aku ada sesuatu
barulah setelah ini, aku sadar bahwa kita adalah dua orang pemburu yang selalu berselisih bahasa
tersisih dari hiruk pikuk jalan kota
menepi kesepian di jalan sunyi
sambil bermimpi kapan buih-buih gelombang menepis
dan bercumbu ria di bibir pantai
maka setelah ini menjadi jelas
inikah fatamorgana ataukah kebenaran yang membayang-bayang
jejak-jejak kata, kekal
tidak pernah tergelincir ke ruang hampa udara
kata-kata kita adalah cinta kita
dalam sukma terpateri kekal
biarkan orang berkata cinta kita dalam jarak
apakah itu menjadi ihwal?
tidak, tidak!
dalam kekekalan, jauh dekat bukan lagi perkara
***
(jkt, mei ’21)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.