Tujuh Puluh Tujuh (Sesirih Kapur Malam)

0

Oleh: Rantho Dannie*

 

 

Bakarlah raga ini…!
Bila tiada lagi guna…
Bila hidup hanya untuk ada…
Lalu menunggu saat mati…

 

Hanguskanlah jiwa ini…!
Bila tiada lagi teguh…
Bila ada hanya meracun tubuh…
Lalu melayang saat mati…

 

Merdeka perlu juang raga…
Merdeka perlu prinsip jiwa…
Raga harus bergiat…
Bila mau hidup bernilai…

Jiwa harus kokoh kuat…
Bila mau cita tergapai…

 

Jiwa dan raga harus sealur…
Bangkit bersama fajar…
Sama-sama mendaki hari…
Urung niat untuk lari…
Lalu benam bersama fajar…
Kencangkan layar esok fajar…

 

Tujuh puluh tujuh…
Angka usia yang sepuh…
Untuk masa hidup insan…
Tapi tidak untuk kemerdekaan…

 

Merdeka bukan tentang angka…
Tetapi rentangan ruang…
Merdeka bukan tentang tua…
Tetapi tentang “peluang”…

 

Ruang jadi insan merdeka…
Peluang jadi tunas bangsa…
Jangan mau dijajah lagi…
Jangan rela diadu lagi…
350 tahun sudah cukup…
77 tahun belum cukup…

 

Insan merdeka…
Bebas berdiri di tanah sendiri…
Cari nafkah sendiri…
Berdikari lalu mandiri..

 

Insan merdeka…
Jangan selalu harap janji…
Karena banyak tipu daya…
Buat lesuh semangat bakti…

 

Tunas bangsa…
Harumkan nama negeri…
Dengan aroma prestasi…
Agar merdeka jadi pahala…

 

Tunas bangsa…
Jangan layu sebelum kembang…
Kubur sensasi sumbang…
Catat amalmu di sejarah bangsa…

 

Merdeka….
Serupa jaring laba…
Penghubung antara nusa…
Dalam bingkai Indonesia…

 

Merdeka serupa orasi…
Pemantik pekik sorai…
Bersatu jangan cerai…
Kendati tetes darah harus berderai…

 

Dirgahayu bangsaku…!
Nirgalau rakyatku…!
Pulih lebih cepat…!
Bangkit lebih kuat…!

 

Merdeka harus tetap…!

(10.38 am)

 


*Rantho Dannie merupakan alumnus di Institut Filsafat Ledalero. Kini ia sedang menebarkan benih kebijaksanaan (staf pengajar) di salah satu lembaga pendidikan di bumi Cendrawasih Merauke-Papua.