PUISI: BANDANG BERDENDANG DUKA

0

BANDANG BERDENDANG DUKA*

(SESIRIH KAPUR MALAM)

 

Dendang duka merengkuh pertiwi…
Tangis kehilangan mengabrik hati…
Asa lantas pupus di selimut bandang…
Mata indra bisa cuma memandang…

Air bah serakah melahap segala…
Tak peduli bakal ada sengsara…
Angin meliuk riuh tiada arah…
Tak pandang sekalipun sedarah…

Rumah hanyut, pikiran kalut…
Di mana raga harus berbaring?
Nyawa hilang, tangis tak terbilang…
Di mana mereka akan terbaring?

Di riuh bencana, kami berteriak…
Memohon tolong hati yang berserasa…
Mendamba tetangga mampir menilik…
Merindu jamahan tangan berketiak…

Apabila teriakan ini tak dihirau…
Kepada siapa lagi harus mengadu…

Kepada yang terhormat, perlu proses…
Kepada yang kaya, perlu pelumas…
Kepada yang senasib, tentu kandas…
Kepada Tuhan, sandaran paling pas…

Bencana ini janganlah berulang…
Lekaslah ke alammu, engkau berpulang…
Jangan lagi kau pangkas pohon tinggi menjulang…
Jangan pula kau cipta keruh di air bening-cemerlang…
Agar anggur hidup bahagia bisa juga kami sulang…
Dan masa depan gemilang bisa diraih dengan gilang…

Ternyata dendang bandang bertema duka…
Duka mendalam sedalam birunya laut nusa…
Flobamora tetap satu dalam padu…
Ikat erat di hati “Badai Pasti Berlalu”

(Mengenang Bencana NTT,  05 April 2021)

*Penulis: Rantho Dannie merupakan alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero. Beliau sekarang sedang menebarkan benih kebijaksanaan (staf pengajar) salah satu lembaga pendidikan di tanah Merauke-Papua.