Memahami Pemikiran Aristoteles Tentang Persahabatan dan Hubungan Antar Manusia

0

FILSAFAT, Bulir.id – Persahabatan telah menjadi topik yang menarik bagi banyak filsuf besar, termasuk Aristoteles. Ia percaya bahwa persahabatan sejati hanya mungkin terjadi antara dua orang “baik” yang memiliki kebajikan yang sama dan dapat saling mencintai apa adanya.

Aristoteles yang merupakan filsuf Yunani klasik, memiliki pemahaman mendalam tentang persahabatan, yang menurutnya penting untuk menjalani kehidupan yang baik. Ia berpendapat bahwa teman penting untuk merayakan saat-saat baik dan memberikan dukungan di saat-saat buruk.

Pandangan Aristoteles tentang persahabatan cukup menarik. Dalam bukunya, Nicomachean Ethics, dia membagi persahabatan menjadi tiga jenis: utilitas, kesenangan, dan kebajikan.

Persahabatan yang bermanfaat adalah persahabatan yang membuat kedua belah pihak mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, seperti teman belajar. Persahabatan yang menyenangkan didasarkan pada kebersamaan yang menyenangkan, seperti teman yang selalu membuat Anda tertawa. Jenis persahabatan ini bagus, tetapi biasanya tidak bertahan lama karena didasarkan pada manfaat sementara.

Standar emas bagi Aristoteles adalah persahabatan berdasarkan kebajikan. Jenis persahabatan ini terjadi antara orang-orang yang “baik” dan memiliki kebajikan yang sama. Mereka saling mencintai karena siapa diri mereka, bukan karena apa yang bisa mereka dapatkan dari satu sama lain. Persahabatan seperti ini jarang terjadi dan butuh waktu untuk dibangun karena membutuhkan hubungan yang mendalam dan rasa saling menghormati.

Sahabat sejati, menurut Aristoteles, saling membantu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka saling mendukung tujuan masing-masing dan saling menyemangati untuk menjalani kehidupan yang baik. Persahabatan seperti ini merupakan bagian penting dalam mencapai eudaimonia, yang berarti manusia berkembang atau menjalani kehidupan terbaik.

Jadi, menurut pandangan Aristoteles, menjadi teman yang baik berarti bersikap bajik, sungguh-sungguh peduli terhadap kesejahteraan teman, dan mendukung mereka dalam perjalanan menuju kehidupan yang baik.

Tiga Pelajaran Persahabatan

Jika kita melihat lebih dekat pada ajaran Aristoteles, kita juga akan menemukan beberapa pelajaran di sana yang dapat digunakan untuk memahami persahabatan sebagai sebuah konsep dan untuk membangun jenis hubungan ini dengan orang lain.

1. Persahabatan bersifat timbal balik

Aristoteles menekankan bahwa persahabatan sejati adalah jalan dua arah. Persahabatan membutuhkan niat baik dan pengakuan bersama.

Bayangkan mencoba berteman dengan seorang selebriti, tidak peduli seberapa Anda mengaguminya, jika mereka tidak mengenal Anda ada, itu bukanlah persahabatan sejati. Fakta bahwa persahabatan harus saling menguntungkan adalah hal yang mendasar.

Kedua belah pihak perlu peduli dan mengakui satu sama lain agar persahabatan sejati dapat berkembang.

2. Berbagai Jenis Persahabatan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, filsuf tersebut mengidentifikasi tiga jenis persahabatan: manfaat, kesenangan, dan kebajikan. Persahabatan manfaat didasarkan pada manfaat bersama dan persahabatan kesenangan didasarkan pada menikmati kebersamaan, seperti teman yang nongkrong untuk bersenang-senang.

Bentuk tertinggi, persahabatan kebajikan, didasarkan pada rasa saling menghormati dan mengagumi karakter masing-masing. Meskipun persahabatan kebajikan adalah yang paling memuaskan, namun juga yang paling langka karena membutuhkan waktu dan upaya untuk mengembangkan dan mempertahankannya.

Setiap jenis persahabatan memiliki tempat dan nilai tersendiri, selama kedua belah pihak memahami dan menyetujui sifat hubungan mereka.

3. Persahabatan Memerlukan Pemeliharaan

Sama seperti menjaga kebugaran memerlukan olahraga teratur, menjaga persahabatan memerlukan usaha dan aktivitas yang berkelanjutan. Aristoteles menunjukkan bahwa teman perlu melakukan sesuatu bersama-sama untuk menjaga ikatan mereka tetap kuat.

Meskipun teknologi modern memungkinkan kita untuk tetap terhubung meski terpisah jarak, kualitas persahabatan kita dapat menurun jika kita tidak terlibat secara aktif dengan teman-teman kita. Hal ini terbukti selama pandemi COVID-19 ketika banyak orang mengalami penurunan kualitas persahabatan mereka karena berkurangnya interaksi.

Kritik terhadap Pandangan Aristoteles tentang Persahabatan

Meskipun gagasan Aristoteles tentang persahabatan sangat berpengaruh, gagasan tersebut tidak mutlak. Banyak filsuf telah mengkaji karya dan pandangannya dan sebagai hasilnya, telah mengajukan pertanyaan yang cukup penting dan menemukan celah dalam teorinya.

Kritikus paling menonjol dari pandangan Aristoteles adalah Lorraine Smith Pangle. Dalam kajiannya tentang Etika Nikomakhean karya Aristoteles, ia berpendapat bahwa pandangan Aristoteles tentang kebajikan yang paling sempurna terwujud dalam persahabatan agak cacat.

Pangle percaya penekanan Aristoteles pada kebajikan moral dalam persahabatan mengabaikan kompleksitas dan kepentingan pribadi yang melekat yang dapat terjadi bahkan dalam persahabatan yang berbudi luhur.

Dia menunjukkan bahwa gagasan Aristoteles tentang sahabat yang saling mencintai demi diri mereka sendiri bersifat ambigu, menunjukkan campuran membingungkan antara kepentingan pribadi dan penghargaan sejati.

Filsuf tersebut juga menyoroti bahwa klasifikasi persahabatan menurut Aristoteles yakni manfaat, kesenangan, dan kebajikan bisa jadi terlalu sederhana. Ia berpendapat bahwa kategori-kategori ini tidak sepenuhnya menangkap nuansa hubungan antarmanusia, terutama dalam konteks masa kini di mana dinamika sosial jauh lebih kompleks.

Para kritikus juga mempertanyakan gagasan Aristoteles bahwa hanya orang-orang “baik” yang dapat menjalin persahabatan sejati, karena hal ini seolah mengesampingkan kemungkinan terjalinnya hubungan yang mendalam dan bermakna di antara orang-orang yang mungkin tidak berbudi luhur menurut standarnya.

Selain itu, Pangle berpendapat bahwa penggambaran Aristoteles tentang kehidupan filosofis sebagai bentuk kebahagiaan tertinggi meremehkan signifikansi dan peran ranah publik dan politik dalam kehidupan manusia. Mengikuti keyakinan ini, penekanan utama Aristoteles pada perenungan filosofis atas bentuk-bentuk kebahagiaan lainnya dapat menyajikan pandangan yang agak terbatas tentang pemenuhan kebutuhan manusia. Ini menunjukkan bahwa persahabatan yang didasarkan pada diskusi filosofis lebih unggul daripada yang lainnya.

Pangle berpendapat bahwa pandangan seperti itu merusak nilai dari bentuk persahabatan yang lebih umum yang juga dapat mengarah pada pertumbuhan dan kebahagiaan pribadi.

Melihat kritik tersebut, sulit untuk membantah bahwa kritik tersebut masuk akal. Oleh karena itu, meskipun kita dapat sepakat bahwa pandangan Aristoteles tentang persahabatan bersifat mendasar, pandangan tersebut mungkin tidak sepenuhnya mewakili sifat hubungan manusia yang beragam.

Kesimpulan

Konsep persahabatan yang berbudi luhur dari Aristoteles menawarkan standar tinggi untuk dicita-citakan, tetapi juga menantang kita untuk mempertanyakan bagaimana kita membentuk dan memelihara hubungan dalam kehidupan kita sendiri.

Apakah persahabatan kita dibangun atas dasar rasa saling menghormati dan nilai-nilai bersama, atau lebih bersifat sementara, berdasarkan pada kenyamanan dan kesenangan?

Luangkan waktu sejenak untuk memikirkan sahabat yang benar-benar berarti bagi Anda dan pertimbangkan apa yang membuat hubungan tersebut istimewa. Introspeksi ini mungkin akan mengungkap cara-cara baru untuk memelihara dan memperdalam ikatan yang sudah Anda miliki, yang mengarah pada kehidupan yang lebih memuaskan.*