SETELAH INI-31:
SEJAUH-JAUH DANAU BIRU
hadirmu seperti pelangi
beri keindahan dan warnai hari-hariku
kau adalah anugerah terberi
aku dan sekelilingku serasa asri
itu dulu dan setelah ini?
tatapanmu bisu dalam bayang-bayang sunyi
menghembuskan sejuk ke kalbu
aku di sini, kau di situ
entah kenapa, aku selalu jatuh
di depan tatapanmu, bisu
yah, jatuh-ku adalah rinduku
cinta kita sudah dimulai dan belum berakhir; telah merajut dalam cerita dari pagi ke pagi; dari mata kebuka sampai mata kebuka lagi; bersamamu selalu indah tak mampu terucap kata; tak ingin aku pergi darimu, juga setelah ini
sayup-sayup suaramu, kekal dalam kalbu
membawaku ke tepi danau
sejuk sejauh-jauh hamparan danau biru
cintamu untuk-ku, tak terukur
*
(gnb:tmn aries:jkt:’21)
SETELAH INI-32:
BANGET BANGET
di bawah tetesan langit biru
bayang-bayang wajahmu kulihat utuh
setelah ini, ya, apa lagi
jernih dan bening
kepulan-kepulan awan, entah mengapa, enggan beranjak
tak’an sekali-kali kau kubiarkan terlibas oleh kemilau awan
kangen banget sama kamu
saat-saat itu telah berlalu, ya, sudah berlalu
serasa ragaku tergulung-gulung ke samudera biru
terhempas arus hingga ke bibir pantai
bayang-bayang wajahmu tak hengkang pergi
membuatku terbayang-bayang
membunuh suntuk dalam sepi
kangen banget sama kamu, wahai kekasih
dalam solilokui, aku omong-omong sendiri
komat-kamit sendiri, terbanyak dalam bathin
setelah ini, kenangan-kenangan saat itu bermunculan tanpa penghujung; rasa bergelimang tanpa dipertanyakan; rasa menyatu tanpa raga: “ah, khalayan dunia maya” kataku setengah yakin kepada diriku sendiri; “rasa di alam nyata” jawabku yakin
benarlah setelah ini
kau dan aku menghirupi cara baru mencintai
rasa kita menyatu tanpa raga
tersemayam dalam lubuk hati
nyata walau tampak mustahil
tak diragukan lagi,
hingga kita mati.
*
(gnb:tmn aries:jkt:
’21)
SETELAH INI-33:
BOLA MATA
setelah ini bukan hanya pandemi
mencintaimu harus bergulir dalam cara baru yang tak pernah kumaui
terbayang bola matamu karena memang bola matamu lebih dari sekedar bola
berwarta sejuta kepada semesta
aku pun menatap ke langit untuk bercermin kepada bintang-bintang:
“ini warta apakah?”
tidak, tidak! aku tidak butuh bintang penunjuk warta
juga tidak butuh tiga raja dari timur penunjuk jalan
bola matamu lebih dari sekedar bola
wartamu berjuta yang bagiku jelas
dan bagi yang lain mungkin tak kasat mata
ada rasa di antara kita
lebih, lebih dari sekedar rasa
maka setelah ini, keyakinanku tidak pernah mati
kau dan aku saling mencintai*
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.