Siluet, BULIR.ID – Mantan Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Tan Hok Liang atau yang dikenal dengan nama Anton Medan meninggal dunia.
Kabar mengenai meninggalnya Anton Medan ini dibenarkan oleh Pengurus PITI Jakarta Pusat, Tonny Rasamala. Anton Medan wafat di kediamannya di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
“Benar, Anton Medan meninggal dunia,” kata Tonny saat dihubungi media Senin (15/3).
Kabar kepergian Anton Medan membuat publik kaget dan berduka. Banyak tokoh pun menyampaikan turut berduka cita dengan mengirimkan karangan bunga.
Pantauan media sekitar pukul 08.18 WIB, Selasa (16/3/2021), karangan bunga terlihat berjejer di depan Masjid Tan Kok Liong, Jalan Kampung Sawah, Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor. Jenazah Anton Medan rencananya dimakamkan di area sekitar masjid ini.
Ada karangan bunga dari istri Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Wury Estu Handayati. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga mengirimkan karangan bunga dukacita atas meninggalnya Anton Medan.
Selain itu, Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok juga mengirimkan karangan bunga. Ada juga karangan bunga dari anggota Bawaslu RI Rahmat Bagja, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono, Wali Kota Jambi Syarif Fasha, dan masih banyak lagi.
Karangan bunga yang berisi ucapan dukacita atas meninggalnya Anton Medan terus berdatangan ke area Masjid Tan Kok Liong.
Selain itu, keluarga dan kerabat Anton Medan juga terlihat berada di sekitar Masjid Tan Kok Liong. Liang lahat untuk memakamkan Anton Medan pun sudah disiapkan.
Siapa Anton Medan
Anton Medan, yang memiliki nama muslim Ramdhan Effendi ini akhirnya menyerah usai berjuang melawan penyakit yang dideritanya, yakni stroke dan diabetes.
Anton Medan selama ini dikenal sebagai mantan preman dan pembunuh bayaran yang mengerikan di Indonesia. Ia telah bergelut dengan dunia kejahatan sejak usianya masih 12 tahun.
Pria yang sudah masuk Islam itu sudah bolak-balik keluar masuk penjara karena kasus perampokan, judi dan aksi premanisme lainnya.
Namanya dikenal mengerikan di kalangan dunia hitam. Namun siapa sangka, belakangan dia bertobat dan masuk Islam, bahkan terus menimba ilmu agama hingga membawanya sebagai pendakwah.
Di masa tobatnya pula, dia mendirikan pesantren, membantu banyak sekali eks napi untuk diberikan ilmu berniaga, sampai berceramah di berbagai penjuru negeri.
Dari data yang dihimpun, Anton dikenal sebagai preman yang kemudian bertobat hingga menjadi mualaf pada tahun 1992. Dahulu, nama Tionghoanya adalah Tan Hok Liang.
“Apa sih susahnya membunuh? Dapat uang banyak,” kata Anton Medan mengingat masa lalunya saat live di Inews, pada Agustus 2019.
Anton Medan pernah masuk ke Kalijodo pada 1972 sampai 1979. Setelah itu, dia dipenjara selama 12 tahun. Bebas pada tahun 1986, Anton kembali ke Kalijodo pada tahun 1988. Anak buahnya menyewa lapak ke Daeng Aziz sebanyak tiga titik.
Anton Medan kemudian membuka kawasan perjudian yang disebutnya kasino. Ada roullete, dadu koprok, ta shiao dan kartu cap jie kia. Rata-rata omzetnya bila dikonversi dengan nilai rupiah saat ini adalah Rp1,5 miliar per hari.
Sepak terjang preman bayaran
Dalam pengakuannya, dahulu Anton Medan merupakan orang yang kejam. Apapun dilakukan karena butuh uang. Bagaimana tidak, dari upahnya menjadi orang bayaran, hidupnya bergelimang harta.
“Dulu kalau saya ditawari, saya cuma tanya, pesennya mati atau cuma luka?” katanya yang mengaku memegang senjata api sehari-harinya.
Dari sana, di saat banyak orang kekurangan uang, namanya naik kelas. Perhiasan, mobil mewah, permainan judi, semua dimiliki.
“Kalau saya butuh, saya bisa dikasih bos saya kalau sekarang Rp5 miliar, pasti dikasih.”
Ketika itu, tak ada rasa takut dalam dirinya. Dia hanya berpikir, bagaimana bisa hidup enak. Maka tak heran, jika banyak kelompok melakukan aksinya beramai-ramai, dia hanya senang seorang diri.
“Saya single fighter, jarak 5 meter, pinggir jalan, jadi.”
Anton Medan meninggal muslim
Akan tetapi sesaat kemudian kehidupannya kemudian berubah. Dia memilih untuk meninggalkan jejak hitamnya. Dia memilih bertobat mohon ampun.
Dia lantas coba membuka lembaran baru dalam hidupnya. Dia masuk Islam pada 1992, dan mulai berdikari dari usaha halal. Di rumahnya di Depok, dia kemudian membuka pesantren, menyewakan lapangan futsal, sampai beberapa usaha makanan pecel lele.
Dia lantas menghimpun para tenaga eks napi dengan semangat dan mimpi yang sama, ingin hidup memiliki masa depan yang baik, dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah.
“Saya belajar agama sat di LP, sebenarnya apa sih arti hidup. Saya kemudian mengontrol diri. Saya kemudian belajar, berdiskusi dengan para ulama, dan berpendekatan pada agama.
“Setelah saya masuk Islam tahun 1992, saya sudah enggak ada urusan lagi dengan judi dan dunia hitam.”
Ya benar, setelah menjadi mualaf, hidupnya berubah 180 derajat. Anton Medan menjadi sosok pendakwah dan bergabung dengan Persatuan Islam Tionghoa (PITI).
Sejak keluar dari penjara tahun 1992, Anton Medan banyak mengabdikan hidupnya untuk membantu para narapidana (napi) dan bekas napi.
Sebab dia berpikir, untuk membenahi penjara dan penghuninya tidak cukup dilakukan oleh pemerintah saja. Perlu peran serta masyarakat untuk membantu nasib para napi. Dia mengistilahkan hidupnya seperti Al-Quran yang sudah khatam, karena ceramahnya berisi semangat kepada mereka yang ingin meninggalkan dunia hitam.
Ia juga mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami’ Tan Hok Liang. Selamat jalan Anton Medan.*(RDJ)