TRIPEL SEPERTI
KE-SATU: SEPERTI BABU
tiba-tiba ia merasa seperti babu
menitip rindu ke kampung
di sini ia berkelana di tanah tak bertuan
yang orang-orang sebut dunia dan ia pun tahu
yang di petang temaram bergentayangan nyamuk ganas
ia masih berkubang dengan cucian
rindunya menggebu tak tertahankan
ia membayangkan kalau-lah ia burung besi
pasti mengepakkan sayap-sayap rindu kepada kekasih
ia cekikan geli dengan bayangan-bayangannya
di petang temaram, ia tersenyum
energi jiwa dari bayangan-bayangan sendagurau
KE-DUA: SEPERTI POHON PERDU
tiba-tiba ia merasa harus berhenti di sini
gumamnya kepada diri sendiri
agar menjadi manusia yang benar
tidak bermuluk ria mengawang angkasa
akhirnya ia tahu
seperti pohon perdu-lah ia
yang kini merindang setelah berbulan meranggas
dedaunannya berkesiur
membuat hati sejuk
ia pun berdendang menyanyikan lagu bisu
untuk apakah dedaunan itu berkesiur
kalau bukan untuk menghibur
dan melarung kesalahan setiap waktu
KE-TIGA: SEPERTI MAWAR
dipetiknya mawar itu
betapa pun tajam durinya
keharumannya terlalu berarti untuk ia anggap angin lalu
dipersembahkannya kepada yang tercinta
sebab apa yang dicari di sini kalau bukan untuk sebuah makna
setangkai mawar telah membahasakannya secara tepat-sasar
mawar itu, beronak-duri
dipetiknya sambil diusap-usap dengan doa
seperti mawar-lah ia, katanya kepada dirinya sendiri
cintanya adalah paduan dari tajam dan lembut
dari melukai dan menyembuhkan, dari kecewa dan penghiburan
semuanya terukir di tangkai wawar itu
akhirnya ia paham
pada keharuman mawar
terurai cinta, sekali dan selamanya
benar-benar kasatmata
*
(gnb:tmn aries:jkt:rabu:3 nov ’21)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.