“Madah Sawah,” Puisi Gerard N Bibang

0

MADAH SAWAH

(1)

kemuning sawah itu adalah rahim ibundamu, ibunda kita
yang mengandungmu dengan sengsara
melahirkanmu dengan hentakan rasa sakit
sambil berurai airmata perih

batang-batang padi bersama dedaunan kemuningnya
serta palawija bersama dedaunan hijau di atas hamparan sawah
menyusui langkahmu sejauh-jauh perjalanan sejarahmu
padi, sawah, palawija dan alam, bukanlah bagian dari dirimu
engkaulah bagian yang bergantung pada mereka
sepanjang hayatmu dikandung badan

(2)

rahim ibunda kita merasa amat bahagia
jika diinjak oleh kaki para petani dan penggarap
ia terbahak-bahak merasa lucu
oleh tancapan cangkul bapak-bapak petani itu
membuat dia mulia oleh Cahaya langit
Sang Maha Agung Pemilik seisi bumi

sama mulianya dengan tangan petani
yang menggauli sawah-sawah dengan niat suci
membuat lumpur lalu menjelma humus
sangat karib dengan Tuhan dan penuh syukur
hujan keringat mereka menjadi telaga
tempat para malaikat menggaungkan madah dan memurnikan jiwa-jiwa

(3)

tapi kelak engkau akan terpana
kemuning sawah berubah rupa
sawah berpindah tempat tinggalnya
dari bersemayam agung di alam semesta
ditransmigrasikan ke buku-buku administrasi negara
bisa saja mengubahnya menjadi gedung-gedung pencakar langit
oleh tangan penguasa yang berjiwa neoliberal
helai daun demi helai daun kemuning padi diukur dengan duit
yang penting cepat-cepat kaya mengikuti ramalan para pemodal
yang syarat penuh kalkulasi untung rugi tapi minus etika

kemudian engkau akan lebih terheran-heran lagi
hutan lindung darinya mata airmu mengalir
menjadi botak seperti gurun pasir
dari dedaunan hijau permai hatinurani rakyat
berpindah ke genggaman tangan penguasa yang doyan uang
sekelompok orang yang berlagak malaikat

(4)

lihat hutan Bowosie itu
saksi bisu penuh tangis pilu
orang yang berlagak malaikat itu tertawa terpingkal-pingkal
mengelabui engkau dengan janji sebentar lagi kesejahteraan datang
dengan karung duit yang bocor di mana-mana
yang penting apa kata orang pusat
selesailah segala perkara

rahim ibunda kita akan kering
mengerang kesakitan, perih
ke mana dan kepada siapakah madah sawah akan dilantunkan?
sawah-sawah dan dedaunan hijau telah bertransfigurasi
dari rahim yang lembut ke rahim yang keji

(5)

wahai semesta, dengarlah!
aku tak kan berhenti menggaungkan madah sawah-sawah
mereka adalah rahim Ibunda
rahim adalah kelopak bunga kasih Tuhan kepada hamba-hambaNya
kepada siapa pun yang mengingkarinya
Tuhan menyatakan perang kepadanya

*(gnb:tmn aries:jkt:kamis:30.9.’21)

*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.